Main Article Content

Abstract

This paper aims to find out about the commercialization of agricultural land, and the current model of agricultural land commercialization in West Koya and East Koya, and the Jayapura City’s goverment attitude toward the lack of agricultural land in Jayapura City area. This is a qualitative research, using a social phenomenology paradigm. The results showed that the increasingly dense population of Jayapura City has led in the expansion of the city towards Koya region which is suburb area. Smooth transportation facilities and good infrastructure make Koya region more evolving. The land price in Koya area depends on the sale value of tax object, it is also influenced by the lack of land used as a place to live due to the density increasing of urban area so that the resident seek residential land in Koya area. Transmigrants or farmers who have no knowledge basis in agriculture, and have difficulty dealing with rice pests, causing them to be reluctant to plant rice, and difficult to adapt to the environmental situation. Farmers are more benefited by converting the farmland to fishery land. By utilizing former farmland to be used as a public fishing pond as amusement or tourism place. The economic pressure of community at the beginning of transmigration program was a heavy burden that felt by them, while the needs as supporting tools were hard to find. The high cost of living is the cause of transmigrants’ inability to survive, therefore, they decided to leave their transmigration land by selling it to a second party.

Article Details

How to Cite
Yusuf, M., Sahudi, S., & Muhandy, R. S. (2021). KOMERSIALISASI LAHAN PERTANIAN DI KOYA BARAT DAN KOYA TIMUR, KOTA JAYAPURA. Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 20(01), 157–178. https://doi.org/10.31186/jagrisep.20.01.157-178

References

  1. Amanda, A. (2016). “Peran Agenci Budaya dan Praktik Multikulturalisme di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan”. Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Hal. 40-58.
  2. Badan Pusat Statistik Kota Jayapura (2019). “Penduduk Kota Jayapura Dalam Angka” BPS Kota Jayapura.
  3. Corolina, Linda Cristi. Saleh, Choirul. dan Suwondo. (2014). “Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan” (Studi Pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 224-229.
  4. Dewi, Nurmala Kumala. dan Rudiarto, Iwan. (2013). “Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian Dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran Di Kecaatan Gunung Pati Kota Semarang. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, Vol. 1, No. 2, Hal. 175-188.
  5. Djoni, Suprianto, dan Cahrial, Eri. (2016). “Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kota Tasikmalaya”. Jurnal Mimbar Agribisnis, Vol. 1, No. 3, Hal. 233-244.
  6. Handayaningrat, Soewarno. (1995). “Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Managemen”. Jakarta. Gunung Agung.
  7. Hasibuan, S.P. Malayu. (2001). “Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi”. Jakarta. Bumi Aksara.
  8. Hossaimah dan Slamet, Subari. (2017). “Percepatan Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Di Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan”. Jurnal Agrisaintifika, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Vol. 1, No. 2, Hal. 97-108.
  9. Janah, R. Eddy, B. T. dan Dalmiyatun, T. (2017). “Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Penduduk Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak”. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Vol. 1, No. 1, Hal. 1-10.
  10. Jenks, Chris. (2013). “Culture, Studi Kebudayaan”. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
  11. Kusdiane, Susvia Delta. Soetarto, Endriatmo. dan Sunito, Satyawan. (2018). “Alih Fungsi Lahan dan Perubahan Masyarakat Di Kecaatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 6, No. 3, Hal. 246-251.
  12. Miles, B. Matthew dan Huberman A. Michael. (1992). “Analisa Data Kualitatif”. Jakarta. Universitas Indonesia. UI-PRESS.
  13. Nurhidayah, Zullaika Tipe (2017). “Aspek Keadilan Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian (Studi Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo)”. Jurnal Repertorium, Vol. 4, No. 2, Hal. 152-159.
  14. Purwaningsih, Yunastiti. Sutomo, dan Istiqomah, Nurul. (2015). “Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Di Karanganyar, Jawa Tengah”. Agraris: Journal of Agribusiness And Rural Development Research, Vol. 1, No. 2, Hal. 98-107.
  15. Ritzer, George dan Goodman J. Douglas. (2011). “Teori Sosiologi Modern”. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
  16. Siagian, Sondang P. (1990). “Administrasi Pembangunan”. Jakarta. Haji Mas Agung.
  17. Suprianto. Cahrial, Eri. dan Nurya
  18. man, Hendar. (2019). “Faktor-faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah Di Kota Tasikmaya”. Jurnal Agristan, Vol. 1, No. 1, Hal. 12-30.
  19. Talumingan, Celsius. Jocom, G. Sherly. (2017). “Kajian Daya Dukung Lahan Pertanian Dalam Menunjang Swasembada Pangan Di Kabupaten Minahasa Selatan”. Agri-Sosio Ekonomi: Jurnal Ilmiah Sosial Ekonomi Pertanian, Vol. 13, No. 1, Hal. 11-24.
  20. Tjokroamidjojo, Bintoro. (1996). “Perencanaan Pembangunan”. Jakarta. Gunung Agung.
  21. Turner, S. Bryan. (2012). “Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern”. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
  22. Zuhri, Mursid (2018). “Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Pantura Jawa Tengah (Studi Kasus Kabupaten Brebes)”. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 16, No. 1, Hal. 119-130.