Main Article Content

Abstract

This study is aimed at investigating (1) whether differences exist in allocating the grant of ratio share and growth, society support, and financial support budgets within the incumbent local government budget before and during the process of regional election; (2) whether differences exist in allocating the grant, society support, and financial support budget during the regional election process between the incumbent and non incumbent candidates. This study uses census in which the data in this study is a secondary data obtained from the Election Commission of the Republic of Indonesia to determine the number of regions that have conducted the elections in 2011 and 2012, including incumbent and non-incumbent candidates. Object observed is grant expenditures, social assistance, and financial assistance in the budget fiscal year 2009-20112. Data analysis using descriptive statistics. The results of this study were (1) to prove empirically there is a difference ratio and the ratio of the proportion of growth allocated to regional grant expenditures incumbent before and during the election, (2) demonstrate empirically there are differences in the growth rate and the ratio of the proportion of grants allocated between local and regional nonincumbent incumbent upon election. With the increase in grant funding both the growth rate and the ratio of proportions, it should be assumed that the incumbent utilize Revenue and Expenditure (Budget) particularly in view of the re-nomination of grants for local office in the election.

Keywords

Regional election Local Government Budget Grant Expenditure Budget Society Support Expenditure Budget Financial Support Expenditure Budget.

Article Details

How to Cite
Yudha Satria, R., Fachruzzaman, F., & Robinson, R. (2021). PEMANFAATAN BELANJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DALAM PENCALONAN KEMBALI INCUMBENT. JURNAL FAIRNESS, 3(3), 285–312. https://doi.org/10.33369/fairness.v3i3.15291

References

  1. Abdullah. S & Asmara, J.A (2006). Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah -
  2. Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. Simposium Nasional Akuntansi
  3. (SNA). Palembang.
  4. Abdullah, Sait, (2005), Desentralisasi: Konsep, Teori dan Perdebatannya, JurnalDesentralisasi, Vol. 6
  5. No. 4 Tahun 2005, Pusat Kajian Kinerja OtonomiDaerah Lembaga Administrasi Negara, Jakarta
  6. Bastian, Indra.( 2007). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Salemba EmpatBaswir, R. (1988).
  7. Akuntansi Pemerintahan Indonesia, BPFE, Yogyakarta.
  8. Crook, R.C. and Manor, J., (1998). Democracy and Decentralization in SouthAsia and West Africa:
  9. Participation, Accountability and Performance.Cambridge: Cambridge University Press.
  10. Caporaso, J.A & Levine, D.P (1992) Theories of Political Economy. Cambridge University Press,
  11. terjemahan catakan pertama Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2008;
  12. Collins, E.F. (2008) Indonesia Dikhianati. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
  13. Emerson Wagner Mainardes, Helena Alves, Mario Raposo, (2011) "Stakeholder theory: issues to
  14. resolve", Management Decision, Vol. 49 Iss: 2, pp.226 - 252
  15. Freemen & Shoulder (2003). Govermental and Non Profit Accounting: Theory and Practices. 7th
  16. Edition Prentice Hall
  17. Frederick, W. C.: (1992), Social issues in management:Coming of age or prematurely gray? Paper
  18. presentedto the Doctoral Consortium of the Social Issues inManagement Division. The Academy
  19. of Management,Las Vegas, Nevada.
  20. Frey, R. L. (2003). VWL IV: Lecture Wirtschaftspolitik SS 2003, University of Basel.
  21. Halim, Abdul , (2004) Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta, AMP, YKPN
  22. Indriantoro, Nur, &Bambang, Supomo.(2002). Metodologi Penelitian. Jakarta :Indeks.
  23. J. Prihatmoko. Joko. (2005).Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Filosofi, Sistem, dan Problema
  24. Penerapan di Indonesia, Kerja sama Pustaka Pelajar dengan Lembaga Penelitian, Pengembangan
  25. dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), Universitas Wahid Hasyim, Semarang
  26. Keefer, P. and S. Khemani. (2005). “Democracy, Public Expenditures and the Poor. ”World Bank
  27. Research Observer, Forthcoming, Spring
  28. Luk, C., Yau, O., Tse, A., Sin, L., & Chow, R. (2005). Stakeholder orientation and business
  29. performance: the case of service companies in China. Journal of InternationalMarketing,13(1), 89-
  30. doi: 10.1509/jimk.13.1.89.58536
  31. Prasojo, Eko.(2009). Reformasi Kedua-Melanjutkan Estafet Reformasi. Penerbit Salemba Humanika.
  32. Jakarta 2009;
  33. Mauro, Paolo, (1998), "Corruption and the Composition of Government Expenditure," Journal of
  34. Public Economics, 69, 263-279.
  35. Mardiasmo. (2000). “Implikasi APBN dan APBD Dalam Konteks Otonomi Daerah”.Kompak, No.23,
  36. -587.
  37. Mardiasmo, Prof. Dr. MBA., Ak. (2004). Yogyakarta. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah
  38. Mardiasmo, Prof. Dr. MBA., Ak. (2004). Yogyakarta. Akuntansi Sektor Publik
  39. Manor, James . (1999). The Political Economy of Democratic Washington, D.C. : World Bank
  40. Rubin, Irene S. (2000). The Politics of Public Budgeting: Getting and Spending, Borrowing and
  41. Balancing. Seventh edition. Chatam, NJ: Chatham House Publishers, Inc;
  42. Riedl, R. (2004). Sicherheit im E-Government. Zürich, Institut für Informatik der Universität Zürich.
  43. Ritonga & Alam, (2010). Apakah Incumbent Memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
  44. Daerah (APBD) Untuk Mencalonkan Kembali Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah.
  45. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
  46. Rinakit,Sukardi. (2010) “Indonesian Regional Elections in Praxis”, IDSS Commentaries, No.65,
  47. mimeo
  48. Rozali, Abdullah. (2005). Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
  49. Langsung. Jakarta: Rajawali Pers.
  50. Saragih, Juli Panglima. (2003). Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi.Penerbit
  51. Ghalia Indonesia.
  52. Smith, B.C. (1985), Decentralization: The Territorial Dimension of The State. London: Asia
  53. Publishing House
  54. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
  55. Sopanah &IsaWahyudi.(2004), Analisa Anggaran Publik : Panduan TOT, Malang Corruption Watch
  56. (MCW) dan Yappika, Jakarta
  57. Toni, Bovaird (2005), Public governance : balancing stakeholder power in a network society,
  58. International Review of Administrative Sciences, 71 (2) :217-28
  59. Taufik, R. Irwan. (2009). Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Daerah di Indonesia. Cetakan
  60. Peratama. Penerbit: Pacasarjana. Yogyakarta 2009;
  61. ------------- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945- Amandemen III Tahun
  62. ;
  63. ------------- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Keuangan Negara; Lembaran Negara
  64. Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47;
  65. ------------- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; Lembaran Negara
  66. Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125;
  67. ------------- Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
  68. dan Pemerintah Daerah; Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126;
  69. ------------- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
  70. No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
  71. ------------- Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
  72. ------------- Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan,
  73. Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
  74. ------------- Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
  75. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Lembaran Negara Republik
  76. Indonesia Tahun 2005 Nomor 140;
  77. ------------- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
  78. Keuangan Daerah;
  79. ------------- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
  80. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
  81. Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah;
  82. ------------- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara
  83. Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
  84. Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
  85. ------------- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Permendagri
  86. No. 12 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
  87. ------------- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Permendagri
  88. No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari
  89. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
  90. http://www.gatra.com/nasional-cp/1-nasional/5376-selama-3-tahun-pengeluaran-parpol-rp-300-triliun
  91. , diakses pada tanggal 07 Februari 2013
  92. http://antikorupsi.org/new/index.php?option=com_content&view=article&id=20479&Itemid=123&la
  93. ng=enRingkasan Hasil Riset dan Monitoring Pemilihan Umum Kepala Daerah “Korupsi Dalam
  94. Pemilihan Kepala Daerah” (Studi Pemilukada: Kota Jayapura, Kabuapaten Pandeglang, Kabupaten
  95. Kampar, dan Provinsi Banten) Tahun 2011 diakses pada tanggal 1 Februari 2013
  96. http://m.beritasatu.com/nasional/92746-jelang-pilkada-dana-bansos-dan-hibah-rawandisalahgunakan.html, diakses pada tanggal 23 Januari 2013
  97. http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/11/03/28/liri8y-kasus-korupsi-di-dominasipenyalahgunaan-apbd, diakses pada tanggal 19 Februari 2013
  98. http://www.businessnews.co.id/headline/mengawasi-penggunaan-apbd.phpMengawasi Penggunaan
  99. APBD diakses pada tanggal 28 Februari 2013
  100. http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/06/03002190/Dana.Bantuan.Sosial.Rawan diakses pada
  101. tanggal 6 Maret 2013