Main Article Content

Abstract

Talas (Colocasio esculenta (L). Schott) merupakan salah satu komoditas pangan yang belum termanfaatkan secara maksimal. Potensi  komoditas tersebut belum didukung dengan data yang baik. Untuk menggali potensi yang dimiliki tanaman talas perlu dilakukan pendataan sifat pentingnya dengan melakukan karakterisasi. Karakterisasi dapat dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penampilan 10 genotipe talas pada fase vegetatif di lahan pesisir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di Kelurahan Sukamerindu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu dengan ketinggian tempat + 14 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompk Lengkap (RAKL) dengan 10 genotipe talas dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh total 30 unit percobaan dengan total 240 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi talas dikelompokkan berdasarkan warna batang (Putih :  genotipe T2, T4, T5, T6, T7, T8 dan T9, pink pucat : genotipe T1, T3, orange kemerah mudaan : genotipe T10), warna daun (Hijau : genotipe T2, T3, T4, T5, T6, T8, T9 dan T10, hijau tua : T7, hijau keunguan : T1), bentuk daun (perisai :  genotipe T1, T6, delta : genotipe T2, T3, T7, Oval : genotipe T5, T8, T9 dan T10,  hati : genotipe T4), ujung daun (Runcing: genotipe T1, T2, T3, T4, T9, T10, tumpul : genotipe T5, T6, T7, bundar : genotipe T8) tepi daun (Bergelombang : genotipe T1, T2, T3, T5, T6, T8, T9, T10, rata : genotipe T4,T7), dan warna tangkai daun (Hijau : genotipe T2, T4, T10, hijau kekuningan : genotipe T5,T8,T9, hijau kebiruan : genotipe T7, hijau keunguan : genotipe T3, T6, hitam : genotipe T1).  Terdapat beda sangat nyata antar 10 genotipe talas dalam hal tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun, diameter batang semu dan jumlah anakan.

Article Details

How to Cite
Simamora, R. M., Yulian, Y., & Turmudi, E. (2018). PENAMPILAN 10 AKSESI TALAS (Colocasio esculenta (L). Schott) DI LAHAN PESISIR BENGKULU. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 20(1), 19–25. https://doi.org/10.31186/jipi.20.1.19-25

References

  1. Ai, N.S. & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. J. Ilmiah Sains 11 (2), 167-173.
  2. Bertham, Y. H., Aini, N., Murcitro, B. G., & Nusantara, A. D. (2018). Uji coba empat varietas kedelai di Kawasan Pesisir berbasis biokompos. Biogenesis, 6(1), 36–42. https://doi.org/10.24252/bio.v6i1.4144
  3. BMKG. (2015). Data Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban Sukamerindu, Sungai serut Kota Bengkulu. Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Bengkulu.
  4. Budiarti, S. G., Y. R. Rizki & Yudiwanti. (2004). Analisis koefisien lintas beberapa sifat pada plasma nutfah gandum (Triticum aestivun L.) koleksi Balit biogen. Zuriat. 15(1), 31-40.
  5. Cornell, S. E., Jickells, T. D., Cape, J. N., Rowland, A. P., & Duce, R. A. (2003). Organic nitrogen deposition on land and coastal environments: a review of methods and data. Atmospheric Environment, 37(16), 2173-2191. https://doi.org/10.1016/S1352- 2310(03)00133-X.
  6. Gardner, F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (2017). Physiology of crop plants (No. Ed. 2). Scientific Publishers.
  7. Grist, D. H. (1986). Rice (Tropical Agriculture Series). Sixth Edition. Longman Inc. London.
  8. Hadisaputro, S. (2012). Mengenal Beberapa Konsep Sistem Budidaya Tebu di Indonesia. Program Pelatihan Bidang Tanaman Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Malang.
  9. Hafsah, Hidayat, T. & Kusdianti. (2014). Hubungan kekerabatan kultivar Talas (Colocasia esculenta) berdasarkan karakter morfologi organ vegetatif. Jurnal Bioslogos. 4(1), 17-25.
  10. Hartati, N. S. & Prana, T.K. (2003). Analisis kadar pati dan serat kasar tepung beberapa kultivar talas (Colocasia esculenta (L) Schott). Natur Indonesia. 6(1), 29-33.
  11. Lakitan, B. (2000). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
  12. Nurlisan, Rasyad, A. & Yoseva, S. (2014). Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jurnal Online Mahasiswa, Fakultas Pertanian, Universitas Riau. 1(1), 1-9.
  13. Paiki, F. A., Yaku, A., Bagyono, F. H., Listyorini, L. M., & Sadsoetoeboen, M. Y. (1998). Seleksi dan evaluasi plasma nutfah talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) di Irian Jaya. Makalah disampaikan pada Semiloka Ubiubian II, 30.
  14. Prana, M, S. (2007). Studi biologi pembungaan talas (Colocasio esculenta (L) Schott). BIODIVERSITAS. 8(1), 63-66.
  15. Prihmantoro. 1999. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
  16. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. (2006). Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan Keseragamaan dan Kestabilan. Departemen Pertanian Republik Indonesia.
  17. Rajiman, R., Yudono, P., Sulistyaningsih, E., & Hanudin, E. (2008). Pengaruh pembenah tanah terhadap sifat fisika tanah dan hasil bawang merah pada lahan pasir pantai bugel Kabupaten Kulon Progo. Agrin, 12(1), 67-77. http://dx.doi.org/10.20884/1.agrin.2008.1 2.1.80.
  18. Saidah & Syafruddin. (2014). Pengaruh pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil Talas Jepang di Kabupaten Banggai Kepulauan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.
  19. Sasmitamihardja, D. (1990). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung
  20. Setyowati, M., Ida Hanarida & Sutoro. (2007). Karakteristik Umbi Plasma Nutfah Tanaman Talas (Colocasia esculenta) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. 13(2), 49-55.
  21. Shi, Z., Li, Y., Wang, R. C., & Makeschine, F. (2005). Assessment of temporal and spatial variability of soil salinity in a coastal saline field. Environmental Geology, 48(2), 171-178.
  22. Sitorus, S. R. P., Kusumastuti, E., & Badri, L. N. (2008). Karakteristik dan teknik rehabilitasi lahan pasca penambangan timah di pulau Bangka dan Singkep. Jurnal Tanah dan Iklim, 27, 57-73.
  23. Soegianto, A. (2006). Pendugaan potensi hasil melalui karakter morfologi pada tanaman ubi jalar (Ipomea batatas L. Lam). J. Habitat 17(2) : 92-102.
  24. Soemantri I.H., T.S. Silitonga, Zuraida N., Minantyorini, Budiarti S.G., Suhartini T., Rais S.A., Hadiatmi, Hakim L., Dewi N. & Setyowati M..(2001). Rejuvenasi dan karakterisasi morfologi plasma nutfah tanaman pangan. http ://www. Indobiogen.or.id/terbitan/Prosiding/abstrak/Prosiding2002idahanaridarejuvenasi. php. Diakses pada tanggal 26 November 2015.
  25. Sugito, Y. (2009). Ekologi Tanaman: Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Beberapa Aspeknya. Universitas Brawijaya Press, Malang.
  26. Suharno. A. K. & Apsari S. R. (2010). Pengaruh jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomea batatas L). J.Agriekstensia. 9 (2), 200-210.
  27. Sumardi. (2008). Prinsip Silvikultur Reforestasi dalam Rehabilitasi Formasi Gumuk Pasir di Kawasan Pantai Kebumen. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan: Pengembangan Strategi untuk Mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan. 24-25 November 2008. Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  28. Sumarno. (1985). Analisa morfologi granula pati pada beberapa jenis talas. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(4), 249-255.
  29. Sunardi & Sarjono, Y. (2007). Penentuan Kandungan Unsur Makro pada Lahan Pasir Pantai Samas Bantul dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Prosiding PPI-PDIPTN. 10 Juli 2007. Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
  30. Suradinata. (1997). Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda. Jurnal Biologi Indonesia. 7 (1), 67-69.
  31. Yatim, B. (1986). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
  32. Yitnosumarto, S. (1991). Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  33. Yuwono, N.W. (2009). Membangun kesuburan di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9(2), 137-141.