Main Article Content

Abstract

Agricultural extension acts as agents of change directly related to farmers. Likewise, the role of agricultural extension in Tanah Datar District is in the salibu extension program, so this study aims to describe the role of agricultural extension in salibu cultivation in Tanah Datar District. The research was conducted from August to October 2018 in Tanah Datar District, West Sumatera. This type of research was descriptive research that was designed qualitatively, where the method used was focus group discussion (FGD). The data source was selected purposively (intentionally) consisting of 17 agricultural extension workers in Tanah Datar District, which consisted of district extension agents, coordinator extension, and agricultural extension agents. The results showed that the role of agricultural extension in the salibu cultivation in Tanah Datar was as a motivator for farmers in conducting salibu cultivation. Extensions became counselors and agents of rice transfer technology so that farmers became aware, willing, capable, and skilled in conducting millet rice cultivation. Extensions convey the advantages of salibu, carry out demonstration plots, conduct guidance and provide training activities through field schools, as well as mentoring maintenance untill harvest.

Article Details

How to Cite
Tanjung, H. B., Wahyuni, S., & Ifdal, I. (2020). PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM BUDIDAYA PADI SALIBU DI KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT. Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 19(2), 229–240. https://doi.org/10.31186/jagrisep.19.2.229-240

References

  1. Allen HF, Batubara MM, Iswarini H. 2015. Kendala Penyuluh dalam Melaksanakan Aktivitas Penyuluhan pada Usahatani Kopi di
  2. Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam. SOCIETA. 4(2): 105 – 110.
  3. Ansor M, Nurbaiti. 2014. Relasi Gender Dalam Ritual Kenduri Blang pada Masyarakat Petani di Gampong Sukarejo Langsa. At-Tafkir 7(1): 48-66.
  4. [Balitbangtan] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Panduan Teknologi Budidaya Padi Salibu. Jakarta: Kementerian Pertanian.
  5. Berlian M. 2014. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan dan Partisipasi Petani dalam Program FEATI serta Pengaruhnya terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. 15 (1): 52-62.
  6. Bulkis B. 2015. Analisis Jaringan Komunikasi Petani Tanaman Sayuran (Kasus Petani Sayuran di Desa Egon, Kecamatan Waigette, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur). Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, 16(2): 28-42.
  7. [Dirjen Tanaman Pangan] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2017. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Padi 2017. Jakarta: Kementerian Pertanian.
  8. Erdiman. 2013. Teknologi Salibu Meningkatkan Produktivitas Lahan (3-6 Ton/Ha/Tahun) dan Pendapatan Petani (Rp.15-25 Juta/Tahun). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
  9. _______, Nieldanina, Misran. 2013. Inovasi Teknologi Salibu Meningkatkan Produktivitas Lahan, Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
  10. Hanafiah MA, Rasyid W, Purwoko A. 2013. Hubungan Karakteristik, Motivasi dan Kompetensi terhadap Produktivitas Kerja Penyuluh Pertanian di Kota Bengkulu. AGRISEP. 13 (1): 69 – 84.
  11. Herlinda S, Dewi R, Adam T, Suwandi, Wijaya A. 2015. Struktur komunitas laba-laba di ekosistem padi ratun: pengaruh aplikasi Beauveria bassiana (Balsamo). Jurnal Entomologi Indonesia. 12(2): 91-99.
  12. Hubeis AV. 2007. Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas Penyuluh Pertanian Lapangan: Kasus Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan. 3 (2) : 90-99.
  13. Inten SM, Elviana D, Nover BRS. 2017. Peranan Penyuluh Pertanian dalam Peningkatan Pendapatan Petani Komoditas Padi di Kecamatan Tanjungselor Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara. Agrifor. 16(1): 103-108.
  14. Inten SM, Elviana D, Nover BRS. 2017. Peranan Penyuluh Pertanian dalam Peningkatan Pendapatan Petani Komoditas Padi di Kecamatan Tanjungselor Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara. Agrifor. 16(1): 103-108.
  15. Jarmie MJ. 2000. Peranan Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menuju Pembangunan Pertanian yang Berwawasan Agribisnis dalam Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya
  16. Masyarakat Madani. Prosiding Seminar (ed. Pambudi, H.R. dan A.K. Adhi). Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
  17. Kresno S, Ella Nurlaela H, Endah Wuryaningsih, IwanAriawan. 1999. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI. Jakarta.
  18. Maifianti KS, Sarwoprasodjo S, Susanto D. 2014. Komunikasi Ritual Kanuri Blang sebagai Bentuk Kebersamaan Masyarakat Tani Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Propinsi Aceh. Jurnal Komunikasi Pembangunan. 12(2): 30–35.
  19. Peranginangin MI, Silalahi FRL, Siregar R. 2016. Hubungan Karakteristik Penyuluh Dengan Kinerja Penyuluh Pertaniandi Kabupaten Simalungun. Agrica Ekstensia. 10(2): 35-44.
  20. Putra AWS, Hariadi SS, Harsoyo. 2012. Pengaruh Peran Penyuluh dan Kearifan Lokal terhadap Adopsi Inovasi Padi Sawah di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar. KANAL. 1(1): 85-101.
  21. Ritonga ES. 2015. Uji Adaptasi Galur – Galur Padi Ratun Di Lahan Pasang Surut Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. [RKT Kementan] Rencana Kerja Tahunan Kementrian Pertanian. 2014. Rencana
  22. Kerja Tahunan Kementrian Pertanian Tahun 2015. Jakarta:
  23. Kementerian Pertanian.
  24. Sadono D. 2008. Pemberdayaan petani: paradigma baru penyuluhan pertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan. 4(1): 65-74.
  25. Setiana, L. 2005. Pengertian Dasar Penyuluhan Pertanian. Jakarta (ID): Gramedia.
  26. Setiawan E. 2009. Kearifan Lokal Pola Tanam Tumpangsari di Jawa Timur. Agrovigor 2(2): 79-89.
  27. Setiawan IG. 2005. Masalah-masalah penyuluhan pertanian. Jurnal Penyuluhan. 1(1):57-61.
  28. Sinaga PH, Trikoesoemaningtyas, Sopandie D, Aswidinnoor H. 2015. Daya Hasil dan Stabilitas Ratun Galur Padi pada Lahan Pasang Surut. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 34(2): 97-104.
  29. Susilawati, Purwoko BS. 2012. Pengujian Varietas dan Dosis Pupuk untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Ratun-Padi di Sawah Pasang Surut.Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 15(1): 47-54.
  30. Suwandi, Ammar M, Irsan C. 2012. Aplikasi Ekstrak Kompos Meningkatkan Hasil dan Menekan Penyakit Padi Sistem Ratun di Sawah Pasang Surut Kabupaten Banyuasin. Jurnal Lahan Suboptimal. 1(2): 116-122.
  31. Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006. 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta. BadanPengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian.
  32. Van den Ban, AW., dan Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta (IDE): Kanisius.