UPACARA ADAT YANG MEMANFAATKAN PENYU DAN KEBUTUHAN DAGING PENYU UNTUK PESTA PERNIKAHAN OLEH MASYARAKAT PULAU ENGGANO

Authors

  • Meiske Angglelina Virera Tambunan Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu Jln. Raya Kandang Limun Bengkulu 38371A
  • Wiryono Wiryono Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu Jln. Raya Kandang Limun Bengkulu 38371A
  • Gunggung Senoaji Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu Jln. Raya Kandang Limun Bengkulu 38371A

Keywords:

Penyu, Adat, Pulau Enggano

Abstract

Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang secara administratif berada di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Secara astronomis Pulau Enggano terletak pada kordinat 05o31’13” LS dan 102o16’00”BT. Pulau Enggano memiliki enam desa diantaranya yaitu, desa Kahyapu, Kaana, Malakoni, Apoho, Meok dan Banjarsari. Keenam desa ini dihuni oleh masyarakat asli maupu pendatang. Masyarakat asli Pulau Enggano terdiri dari enam sub suku (puak), lima diantaranya ialah Suku Kauno, Kaitora, Kaaohoa, Kaarubi, Kaaruba, dan satu suku lainnya yaitu Kamay merupakan sebutan untuk masyarakat pendatang. Suku asli ini memiliki tradisi yang unik, yaitu memanfaatkan penyu dalam upacara adat setempat. Tradisi ini dinilai sebagai kontroversi bagi beberapa pihak, karena bertentangan dengan Undang-undang Republik Indonesia dan peraturan dunia terhadap Penyu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upacara adat apa saja yang memanfaatkan penyu serta kebutuhan daging penyu pada pesta pernikahan di Pulau Enggano.Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2017, metode yang dilakukan dalam pengambilan data primer melalui wawancara dan observasi. Teknik penentuan sampel yang digunakan ialah purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan penyu. Kriteria responden terdiri dari Aparat Pemerintahan, Kepala Suku dan Warga yang telah mengadakan pesta pernikahan pada tahun 2016. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara adat yang menggunakan penyu ada dua yaitu upacara pernikahan adat dan upacara buka pantang bagi kepala suku yang meninggal dunia. Upacara lain yang kadang-kadang (tidak wajib) menggunakan penyu ialah peresmian kampung baru, acara serah terima jabatan Kepala Desa, acara syukuran, acara tahun baru, dan acara penyambutan tamu kehormatan. Rata-rata penyu yang digunakan untuk pesta pernikahan bulan Maret - Oktober 2016  di Enggano ialah sebanyak 16 ekor, dengan  kebutuhan daging pertahun mencapai 11.200 kg atau 11,2 ton. pesta pernikahan adat dalam setahun tidak diketahui secara pasti. 

References

Abadi, R.M. 2016. Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuantitatif, Menurut Para Ahli. www.pastiguna.com (Diakses 11 April 2017)

Anonim. 2017. Interaksi. http://id.wikipedia.com (Diakses pada 11 April 2017)

Anonim. 2015. Pengertian Kebutuhan. www.porosilmu.com (Diakses pada 20 April 2017)

Anonim. 2014. Manfaat Penyu Bagi Kesehatan: Penyembuh Berbagai Penyakit.www.detikLife.com (Diakses pada 3 Maret 2017)

Agustina, A.E. 2009. Habitat Bertelur Dan Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Abu-Abu (Lepidochelys olivacea Eschsholtz 1829) di Pantai Samas dan Pantai Trisik Yogyakarta. Skripsi Program Studi Biologi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ardiwinata. 2012. Asas Kebutuhan. www.file.upi.edu (diakses pada 20 April 2017)

Astirin, O.P. 2000. Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Jurnal Biodiversitas Vol.1 No.1

Azkab, M.H. 1999. Penyu Hijau (Chelonia Mydas L.) yang Senang Melahap Lamun Hijau yang Segar. Oseana, Volume XXIV, Nomor 2, 1999.

Baihaqi, A. 2014. Morfologi Penyu. www.artikelbermutu.com (Diakses 6 April 2017)

BKSDA NTB. 2017. Press Release: Pelepasliaran Penyu Bersama Menteri BUMN RI dalam Rangka HUT BUMN Ke – 22. www.menlhk.go.id (Diakses 11 April 2017)

Fajar, J. 2014. Penyu Sisik, Penyu Pengembara yang Terancam Punah. www.mongabay.com (Diakses pada 26 Juli 2017)

Firdaus. 2014. Ilmu Ekonomi. www.cs.unsyiah.ac.id (Diakses pada 20 April 2017)

Guntoro, J. 2008. Menatap Masa Depan Penyu Laut Sebagai Salah Satu Penyangga Kehidupan Manusia. www.satucitafoundation.org (Diakses pada 26 Juli 2017)

Harahap, I.M., A. Fahrudin., Y. Wardiatno. 2015. Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Konservasi Penyu Pangumbahan Kabupaten Sukabumi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) Vol.20 No. 1

Herimanto. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bumi Aksara, Jakarta.

Herminingrum, I.Y., dan A. Maliya. 2017. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit DBD dengan Upaya Pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan 2017. Journals.ums.ac.id (Diakses pada 20 Juli 2017)

Istichomah, S. 2011. Perubahan Pola Interaksi Masyarakat dengan Hutan di Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Skripsi Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

KKP. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Departemen Kelautan dan Perikanan RI.

Kurniasari, L. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Skripsi S1 Keperawatan, STIK Muhammadiyah Pekalongan.

Lekha, D. 2017. Jenis-jenis Penyu dan Ciri-cirinya Paling Lengkap. www.majalahhewan.com (Diakses pada 9 Agustus 2017)

Liliweri, A. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Nusa Media, Bandung.

Muhajir, A. 2016. Belajar dan Melestarikan Penyu di TCEC Serangan. www.mongabay.co.id (Diakses pada 11 April 2017)

Mulyana, D. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Nuitja. I.N.S. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. I P B Press. Bogor

Nurliana, M. 2015. Ini Alasan Penyu Dilindungi. www.beritasatu.com (Diakses 26 Juli 2017)

Nurrohman, H. 2013. Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Nilai – nilai Budaya untuk Meningkatkan Kemampuan Diri Peserta Didik SMAN Kota Palangkaraya. www.repository.upi.edu (Diakses pada 23 Maret 2017)

Pratiwi, B.W. 2016. Keragaman Penyu dan Karakteristik Habitat Penelurannya di Pekon Muara Tembulih, Ngambur, Pesisir Barat. Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Purnama, M. 2015. Penyu Hijau – Penjelajah Laut Pasifik yang dalam Ancaman Serius. www.pecintasatwa.com (Diakses pada 26 Juli 2017)

Rahman, A. dan B. Rachmad. 2011. Konservasi Biota Terancam Punah, Penyu Sisik. Materi Penyuluhan Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Rahmat, A., 2016. Studi Penyu di Pulau Enggano Bengkulu. Skripsi Program Studi Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Rosadi, H. 2014. Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan, Tema: “Biomimetic Architecture”. Skripsi Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Setyawan, D., F. Rohman, H. Sutomo. 2015. Kajian Etnozoologi Masyarakat Desa Hadiwaarno Kabupaten Pacitan dalam Konservasi Penyu sebagai Bahan Penyusunan Booklet Penyuluhan Masyarakat. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia Vol 1 No. 3

Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers, Jakarta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Suhartini. 2009. Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Pembangunan Yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Susanto, H. 2016. Meningkatkan Peran Masyarakat dalam Konservasi di Pesisir Kalbar. www.wwf.or.id (Diakses pada 11 April 2017)

Tambunan, R. 2008. Perilaku Konservasi Pada Masyarakat Tradisional. Jurnal Harmoni Sosial. Vol. II No. 2

Tim Responsible Marine Tourism. 2015. Best Environmental Equitable Practices: Seri Mengamati dan Berinteraksi dengan Satwa Laut. Edisi 1. November 2015. WWF Indonesia

Trapsilowati, W., A. Pujiyanti., Ristiyanto. 2014. Peran Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Pengendalian Vektor DBD Pada Masyarakat di Kelurahan Endemis di Kota Samarinda Tahun 2009. Jurnal Vektora Volume 6 Nomor 2.

Winata, A., dan E. Yuliana. 2010. Peran Masyarakat Pesisir dalam Penerapan Strategi Konservasi Sumber daya Laut. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi Vol. 11 No.2

Wiratno, D. Indriyo., A. Syarifudin., dan A . Kartikasari,. 2004. Berkaca di Cermin Retak: Refleksi Konservasi dan Implikasi Bagi Pengelolaan Taman Nasional. Bogor: The Gibbon Foundation Indonesia, Departemen Kehutanan, PILINGO Movement, Forest Press.

Yasri. 2015. Pengertian Keanekaragaman Hayati dan Tingkatannya. www.genggaminternet.com (Diakses pada 23 Maret 2017)

Yayasan Penyu Laut Indonesia. 2012. Mengenal Penyu. www.Seaturtle.or.id (diakses pada 6 April 2017)

Zuhud. 1989. Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Obat di Indonesia. Jurnal Media Konservasi Vol. II No. 4.

Downloads

Published

2021-07-10

Issue

Section

Articles