Main Article Content

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motif dan tujuan dari penggunaan simbol identitas etnik Melayu di Pekanbaru. Hasil penelitian lapangan dianalisis menggunakan teori tindakan sosial, sementara metode penelitian sendiri menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus.Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipan.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Miles and Huberman. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan simbol selembayung, busana Melayu dan pembentukan laskar merupakan pesan yang dikomunikasikan tentang tuan rumah dan penguasa di Pekanbaru. Simbol dijadikan medium untuk mempertegas status yang berhubungan dengan kekuasaan dan kepemilikan sumber daya alam. Dapat disimpulkan bahwa simbol identitas Melayu di Pekanbaru pascareformasi merupakan tindakan yang dilakukan Orang Melayu kepada lawan interaksinya dalam rangka menunjukan eksistensi. Tindakan ini dilator belakangi motif etnik Melayu Riau untuk mengubah relasi antaretnik yang selama ini merugikan Orang Melayu sekaligus bertujuan untuk memegang posisi-posisi strategis yang ada di Pekanbaru Riau agar dapat meningkatkan daya tawar etnik Melayu itu sendiri

Keywords

Melayu simbol etnik eksistensi tindakan

Article Details

How to Cite
Alfarabi. (2019). SIMBOL EKSISTENSI IDENTITAS ETNIK MELAYU RIAU DI PEKANBARU. Jurnal Kaganga: Jurnal Ilmiah Sosial Dan Humaniora, 3(1), 72–81. https://doi.org/10.33369/jkaganga.3.1.72-81

References

  1. Basid, Abdul and Siti Khoirun Niswah. 2018. “Tindakan Sosial Tokoh Husna Dalam Novel Lovely Hana Karya Indra Rahmawati Berdasarkan Perspektif Max Weber.” Lingua XIV(1):1–8.
  2. Faisal, Gun and Dimas Wihardyanto. 2013. “Selembayung Sebagai Identitas Kota Pekanbaru: Kajian Langgam Arsitektur Melayu.” Indonesia 2(1):51–59.
  3. Firzal, Yohannes. 2015. “Recontructing Socio-Cultural Identity: Malay Culture and Architecture in Pekanbaru, Indonesia.” Newcastle University.
  4. Muhlis, Alis and Norkholis. 2016. “Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadis).” Jurnal Living Hadis 1(2):242–58.
  5. Pekanbaru, Pemerintah Kota. 2001. Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor:12 Tahun 2001 Tentang Pemakaian Busana Melayu Di Lingkungan Pendidikan, Pegawai Negeri Sipil, Swasta/Badan Usaha Milik Daerah.
  6. Prasanti, Ditha and Nuryah Asri Sjafirah. 2017. “Makna Simbol Budaya Lokal Bagi Komunitas T Anah Aksara : Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Makna Simbol Budaya Lokal Bagi Komunitas T Anah Aksara Di Bandung.” Jurnal Komunika 11(2):198–212.
  7. Salam, Noor Efni. 2012. “Simbol Dan Identitas; Kajian Tentang Negosiasi Dan Konsolidasi Terhadap Simbol Budaya Dalam Mempertahankan Identitas Masyarakat Riau.” Ilmu Komunikasi Universitas Bandar Lampung 04 No.4:71–82.