Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang kesenian Rendai dalam upacara perkawinan adat Bimbang Gedang di Kota Bengkulu serta menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Rendai hingga kesenian tradisional ini masih dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya. Penelitian ini juga berusaha menunjukkan nilai-nilai apa saja yang mengalami pergeseran dalam kesenian Rendai jika dibandingkan dengan prosesi yang dilakukan pada zaman dahulu. Penelitian ini dilakukan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan teknik Snowball Sampling. Analisis data dilakukan secara kualitatif yang meliputi pengujian, pemilihan kategorisasi, evaluasi, membandingkan, reduksi data sampai pada penarikan kesimpulan dan verifikasi untuk mendapatkan konsep-konsep sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan kesenian Rendai merupakan kesenian yang dibawa oleh Raja Pagaruyung dari Minangkabau yang merantau ke wilayah Selali, Kecamatan Pino Raya, Bengkulu Selatan. Namun tidak diketahui secara pasti masuknya kesenian Rendai di Kota Bengkulu. Dalam upacara adat Bimbang Gedang, Rendai dimainkan saat prosesi Pengantin Mandi-mandi, Menapa (berendai), TariGendang, Mutus Tari Kain, dan Nutup (Gendang Serunai). Diluar prosesi adat Bimbang Gedang, Rendai juga dimainkan dalam upacara penyambutan tamu.Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian ini adalah nilai sosial yang terbentuk dari aturan dan integrasi, nilai moral yang terdapat dalam nasihat, ajaran, dan sopan santun, serta terdapat nilai-nilai estetis yang terkandung dalam unsur gerak tubuh, musik pengiring, pantun atau syair, dan pakaian.

 

Kata Kunci: Kesenian Rendai, Bimbang Gedang, Nilai-nilai Sosial

Article Details

How to Cite
Fitranto, R., & Topan, A. (2019). KEBERADAAN KESENIAN RENDAI DALAM UPACARA ADAT BIMBANG GEDANG (Studi Kasus di Sanggar Seni Semarak Persada Kelurahan Kebun Kenanga, Kota Bengkulu). Jurnal Sosiologi Nusantara, 3(2), 95–103. https://doi.org/10.33369/jsn.3.2.95-103

References

  1. Daryusty. 2006. Hegemoni Penghulu Dalam Persfektif Budaya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka.
  2. Hartoko, Dick. 1983. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius.
  3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Seni Budaya. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Balitbang, Kemdikbud.
  4. Sedyawati, Edi dan Damono, Djoko S. 1991. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  5. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
  6. Taman Budaya Bengkulu. 1991. Media Informasi dan Komunikasi Peningkatan Mutu Penyajian Seni Budaya Membangun Gairah Berkarya. Bengkulu: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Taman Budaya Bengkulu.
  7. Tarmizi, Ajalon. 2012. Eksistensi Seni Dendang Dalam Upacara Perkawinan Adat di Kota Bengkulu. Bengkulu: Lencana Baru.
  8. Ritzer, George dan Smart, Barry. 2011. Handbook Teori Sosial. Bandung: Nusa Media.
  9. Larasati, Zhyta. 2014. Nilai-nilai Sosial Tari Pa’gellu’ Dalam Kehidupan Masyarakat Toraja Kecamatan Rindinggallo, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 20 Juli, 2017 (http://eprints.uny.ac.id).
  10. Lazmihfa. 2013. Pergeseran Tradisi Tabot di Provinsi Bengkulu Pada Masa Orde Baru dan Reformasi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 22 April, 2017(http://eprints.uny.ac.id).
  11. Maharani, Irma Tri. 2016. Eksistensi Kesenian Kenthongan Grup Titir Budaya di Desa Karangduren, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 23 April, 2017 (http://eprints.uny.ac.id).
  12. Mahmud, Dede. 2016. Tari Tradisional Daerah Bengkulu. 5 Agustus, 2016 (http://www.tradisikita.my.id).