Main Article Content

Abstract

Pulau Enggano merupakan salah satu pulau kecil terluar di Indonesia yang terletak di perairan Pantai Barat Sumatera, Samudera Hindia. Pulau Enggano adalah sebuah kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Untuk kepentingan ekologis dan ekonomi, semua potensi sumberdaya hayati kelautan yang ada  di Pulau Enggano, harus dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan dengan metode survei.  Data primer  yaitu kondisi bio-fisik dan persepsi masyarakat, dikumpulkan dengan metode obesrvasi, wawancara dan FGD (Focus Group Discussion). Data dikumpulkan dengan metode studi kepustakaan. Semua data di analisis dengan metode deskriptif-kualitatif. Luas wilayah daratan Pulau Enggano, ±  400,6 km² atau ± 40.600 hektar. Ekosistem utama adalah hutan mangrove ± 1414,78 ha (141,478 km2), dan terumbu karang ± 5.097 ha (± 50,97 km2). Potensi sumberdaya hayati lainnya adalah padang lamun, berbagai jenis  rumput laut,  ikan karang, ikan pelagis dan ikan demersal yang ekonomis penting. Kebijakan pengelolaan KKPD Pulau Enggano diarahkan untuk pemanfaatan kegiatan pariwisata dan perikanan berkelanjutan.  Lokasi KKPD Pulau Enggano di tetapkan di Kawasan Desa Banjarsari dan Desa Kahyapu. Visi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara adalah “Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Enggano secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan, sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat”. Pengelolaan KKPD Pulau Enggano untuk Rencana Jangka Panjang (RJP) adalah selama 20 tahun yang meliputi 4 tahapan Rencana Pengelolaan jangka Menegah (RPJM).

MANAGEMENT PLAN AND ZONING OF THE CONSERVATION AREA OF THE ENGGANO ISLAND, BENGKULU PROVINCE. Enggano Island is one of the outer small islands in Indonesia which is located in the waters of the West Coast of Sumatra, Indian Ocean. Enggano Island is a district in the region of North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. For ecological and economic interests, all potential of marine living resources that exist on the island of Enggano, must be managed by optimally and sustainably. The purpose of this study was to compile the Document of Management Plan And Zoning of The Enggano Island Regional Marine Conservation Area (RMCA), Bengkulu Province. The study was conducted by survey method. Primary data, namely bio-physical conditions and community perceptions, were collected by observation, interviews and FGD (Focus Group Discussion) methods. Secondary data were collected by the literature study method. All data were analyzed by descriptive-qualitative methods. The total land area of Enggano Island, ± 400.6 km² or ± 40,600 hectares. The main ecosystem is mangrove forest ± 1414.78 ha (141.487 km2), and coral reef ± 5,097 ha (± 50.97 km2). Other potential biological resources are seagrass beds, various types of seaweed, reef fish community, pelagic and demersal fish which are economically important. The management policy of the Enggano Island RMCA is directed for the utilization of sustainable tourism and fisheries activities. The location of the Enggano Island RMCA was determined in the Banjarsari and Kahyapu Villages. The Vision of the Management of the Enggano Island KKPD of North Bengkulu Regency is "Realizing the management and utilization of the Enggano Marine Protected Area in an integrated, optimal and sustainable manner, so that it is beneficial for the welfare and prosperity of the community". The Management of the Enggano Island RMCA for the Long-Term Plan (LTP) is for 20 years which includes 4 stages of the Medium-Term Management Plan (MTMP).

Article Details

How to Cite
Zamdial, Z., Bakhtiar, D., Anggoro, A., Hartono, D., & Muqsit, A. (2020). RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PULAU ENGGANO PROVINSI BENGKULU. JURNAL ENGGANO, 5(1), 23–39. https://doi.org/10.31186/jenggano.5.1.23-39

References

  1. Agustini, N.T., 2014. Struktur Komunitas Ekosistem Mangrove di Desa Kahyapu Pulau Enggano. Skripsi Tidak Dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
  2. Arianto, W., Zamdial Ta’alidin, R. Saepudin dan Dede Hartono, 2013. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hayati Pesisir dan Laut Kawasan Pulau Enggano. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu.
  3. Arnef, Faddzul H.P. 2014. Luasan Tutupan Terumbu Karang dan Struktur Komunitas Karang di Pulau Merbau Enggano. Skipsi Prodi Ilmu Kelautan UNIB. Tidak di publikasikan.
  4. Astini, L., 2014. Struktur Komunitas Lamun (Sea Grass) di Perairan Desa Kahyapu Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Skripsi Tidak Dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
  5. Astuti J., M. Nurdin dan A. Munir, 2008. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pesisir Kota Bontang Kalimantan Timur. Jurnal Ilmiah Analisis, Edisi maret 2008, Vol. 5 No. 1, hal. 53-64.
  6. Bakhtiar, D. dan Zamdial Ta’alidin, 2013. Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Zooplankton di Perairan Pulau Enggano. Jurnal Mitra Bahari Vol. 7 No. 2, Mei-Agustus 2013 : 56-65.
  7. Bappeda Bengkulu Utara dan Laboratorium Perikanan Unib, 2004. Rencana Strategis Khusus Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara. 77 hal.
  8. Darsono, P., 1999. Pemanfaatan Sumberdaya Laut dan Implikasinya Bagi Masyarakat Nelayan. Jurnal Ilmiah Oseana P2O LIPI Jakarta, Volume XXIV Nomor 4 Tahun 2002, hal. 11-20.
  9. DKTNL-Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2006. Pedoman Pelaksanaan Transplantasi Karang. DKP. Hal: 36.
  10. Fletcher S, Smith HD (2007). Geography and coastal management, CoastalManagement 35(4):419-427.
  11. Haloho, P., 2014. Struktur dan Zonasi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Kaana Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara. Skripsi Tidak Dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
  12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. 4. 2001. Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang.
  13. Khomarudin, R., Yennie Marini, Muchlisin Arief, Sartono Marpaung, Rossi Hamzah, dan Anneke K.S. Manoppo, 2016. Informasi Citra Satelit 92 Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia. Edisi I. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (Lapan). 187 hal.
  14. Mckenzie, L., 2008. Seagrass Educators Handbook. Seagrass-Watch HQ Northern Fisheries Centre, Cairn QLD 4870 Australia. 20 p.
  15. Muqsit, A., 2013. Struktur Komunitas Terumbu Karang di Pulau Dua Enggano. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
  16. Nadiarti, Etty Riani, Ita Djuwita, S. Buiharsono, A. Purbayanto dan H. Asmus, 2012. Challenging for Seagrass Management in Indonesia. Journal of Coastal Develpopment, Volume 15, Number 3, June 2012 : 234-242.
  17. Prasetia, R. 2007. Kondisi Terumbu Karang Sebelum dan Sesudah Tsunami di Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. IPB. Bogor.
  18. Sobari, M.P., L. Adrianto dan N. Azis, 2006. Analisis Ekonomi Alternatif Pengelolaan Ekosistem Mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Buletin Ekonomi Perikanan Vol. VI. No. 3 Tahun 2006, hal. 59-80.
  19. Soleh, A. R. 2004. Perubahan Temporal Persentase Penutupan Substrat Dasar,Kondisi Ikan Karang, dan Preferensi Ikan Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Tahun 2001-2003. IPB. Bogor.
  20. Ta’alidin, Zamdial, 2014. Kondisi dan Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Kawasan Pulau Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Makalah disampaikan padaacara Konferensi Nasional (KONAS) IX P3K KKP RI, 18-21 November 2014 di Surabaya. 15 hal.