Main Article Content

Abstract

Satelit landsat 8 memberikan informasi (citra/gambar/foto peta) secara gratis yang bisa di unduh dari website resmi. Peneliti menggunakan beberapa software seperti ENVI, ER MAPPER, dan ArcGIS yang merupakan software untuk pengolahan citra. Analisis Lyzenga digunakan untuk pengkoreksian kolom perairan agar kenampakan objek pada sensor satelit menjadi lebih baik.  Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 dengan menggunakan metode Lyzenga, koreksi citra, serta klasifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan dari sebaran vertikal telah didapatkan bahwa stasiun yang paling lemah terletak pada daerah piayu, dari semua stasiun kecerahan tertinggi berada pada daerah Nongsa, DO tertinggi di daerah Piayu dan suhu tertinggi di daerah Sekupang. Hubungan korelasinya dari semua stasiun memiliki hubungan yang negatif/ lemah. Namun dari semua stasiun yang paling kuat hubungannya terletak di daerah nongsa. Hal ini menyebabkan tidak ditemukan lamun yang hidup secara monospesifik dan daerah tersebut belum mengalamin ganguan ekologis secara nyata. Karakteristik habitat, struktur komunitas, ancaman dan rencana sebaran  lamun ikut dibahas.

Article Details

How to Cite
Sari, D. P., & Lubis, M. Z. (2017). PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK MEMETAKAN PERSEBARAN LAMUN DI WILAYAH PESISIR PULAU BATAM. JURNAL ENGGANO, 2(1), 38–45. https://doi.org/10.31186/jenggano.2.1.38-45

References

  1. Azkab MH. 2006. Ada apa dengan lamun. Majalah Semi Polpuler Oseana 31(3): 45-55
  2. Dahuri R, Rais J, Ginting SP & Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta. Xxiv + 305 hml.
  3. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut, aset pembangunan berkelajutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. xxxiii + 412 hml.
  4. Jaelani Lalu M, Laili Nurahida, Marini Yennie. 2015. Pengaruh algoritma lyzenga dalam pemetaan terumbu karang menggunakan worldview-2, studi kasus: perairan PLTU Paiton Probolinggo. jurusan teknik geomatika, fakultas teknik sipil dan perencanaan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
  5. Kawaroe, Mujizat. 2005. Pemakaian marine carbon sink sebagai potensi kelautan yang belum populer. Sekolah pasca sarjana. Institute Pertanian Bogor.
  6. Kuriandewa, T. E. 2009. Tinjauan tentang lamun di Indonesia. Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun. Jakarta, Sheraton Media.
  7. Liu, J. M., Jiao, L., Lin, L. P., Cui, M. L., Wang, X. X., Zhang, L. H., ... & Jiang, S. L. 2013. Non-aggregation based label free colorimetric sensor for the detection of Cu 2+ based on catalyzing etching of gold nanorods by dissolve oxygen. Talanta, 117, 425-430.
  8. Pragunanti, Turissa. 2016. Pemanfaatan citra landsat 8 untuk memetakan kondisi tutupan padang lamun hubunganya dengan tekstur sedimen dipulau pajenekang kabupaten pangkep. Universitas Hasanuddin Makassar.
  9. Supriatna, Wahyu. Sukartono. 2002. Teknik perbaikan data digital (koreksi dan penajaman) citra satelit. Buletin Teknik Pertanian. 7(1).
  10. Warastri, Sundari Weaning. 2009. Penggunaan Data Citra Pengindreaan Jarak Jauh untuk Mengetahui Sebaran Biomassa Lamun di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jakarta. [Skripsi]. Intitut Pertanian Bogor;Bogor.
  11. Yono. 2009. Bumi Bintan Hancur Karena Tambang Pasir dan Bauksit. Detikriau.net diakses pada tanggal 19/02/2017 [02.45].