Main Article Content

Abstract

Informasi keberadaan habitat perairan laut dangkal semakin dibutuhkan terutama dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan monitoring di wilayah pesisir. Komponen penyusun ekosistem habitat dasar perairan laut dangkal di antaranya terumbu karang dan lamun dimana lokasi keberadaan obyek habitat ini cenderung berdekatan. Dalam interpretasi ekosistem habitat dasar perairan laut dangkal terkendala oleh lokasi keberadaan ekosistem yang berasosiasi dengan obyek lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kombinasi komposit kanal terbaik dalam mengidentifikasi obyek habitat dasar perairan laut dangkal di Pantai Pemuteran, Bali. Data citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra SPOT 7 akuisisi tanggal 11 April 2018 dan citra Landsat 8 akuisisi tanggal 14 April 2018, sedangkan data terkait informasi sebaran habitat dasar perairan laut dangkal diperoleh berdasarkan hasil survei lapangan yang telah dilakukan pada tanggal 7-13 April 2018 di Pantai Pemuteran, Bali. Data citra satelit diperoleh dari Pusat Teknologi dan Data LAPAN. Untuk menentukan kombinasi dari 3 (tiga) kanal terbaik dalam interpretasi habitat dasar perairan laut dangkal digunakan metode Optimum Index Factor (OIF) dimana metode ini menggunakan nilai standar deviasi dan koefisien korelasi dari kombinasi 3 (tiga) kanal citra yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi komposit 2 (hijau), 3 (merah) dan 4 (NIR) mempunyai nilai OIF tertinggi untuk citra SPOT 7, sedangkan kombinasi komposit 2 (biru), 4 (merah) dan 6 (SWIR 1) Mempunyai nilai OIF tertinggi untuk citra Landsat 8. Interpretasi sebaran habitat dasar perairan laut dangkal dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan citra komposit RGB 423 untuk citra SPOT 7 dan RGB 642 untuk citra Landsat 8.

DETECTION OF SHALLOW WATER HABITATS USING OPTIMUM INDEX FACTORS TECHNIQUE ON SPOT 7 AND LANDSAT 8 IMAGERY. Information of the existence of the shallow water habitat is required especially in environmental conservation and monitoring of activities in coastal areas. The component of the shallow water habitat including coral reefs and seagrass where the location of the existence of these relatively close together. Interpretation of the shallow water habitat is constrained by the location of ecosystem associated with other objects. The aim of study is to determine the best combination of band composites in identifying the shallow water habitat in Pemuteran Beach, Bali. The study used SPOT 7 imagery (acquisition on April 11, 2018) and Landsat 8 imagery (acquisition on April 14, 2018). The data of the shallow water habitat based on the result of field survey was conducted on 7-13 April 2018 at Pemuteran Beach, Bali. Image data obtained from Remote Sensing Technology and Data Center of LAPAN. Determination of combination of 3 (three) bands the shallow water habitat using Optimum Index Factor (OIF) method where this method used standard deviation value and correlation coefficient from combination of 3 (three) bands. The results show the composite combinations of band 2 (green), band 3 (red) and band 4 (NIR) have the highest OIF values for SPOT 7 image, while the composite combinations of band 2 (blue), band 4 (red) and band 6 (SWIR 1) have the highest OIF values for Landsat 8 image. Interpretation of distribution of shallow water habitat can be done effectively using RGB 423 composite image (SPOT 7) and RGB 642 composite image (Landsat 8).

Article Details

How to Cite
Purwanto, A. D., & Setiawan, K. T. (2019). DETEKSI AWAL HABITAT PERAIRAN LAUT DANGKAL MENGGUNAKAN TEKNIK OPTIMUM INDEX FACTOR PADA CITRA SPOT 7 DAN LANDSAT 8. JURNAL ENGGANO, 4(2), 174–192. https://doi.org/10.31186/jenggano.4.2.174-192

References

  1. Astrium. 2013. SPOT 6 & SPOT 7 Users Guide. ASTRIUM. Diunduh pada 30 Mei 2018 dari http://www.blackbridge.com/geomatics/upload/airbus/SP OT6-7%20User%20Guide.pdf )
  2. Bano, V.S. 2016. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Terumbu Karang di Teluk Tomini Bagian Kota Gorontalo. Jurnal Bumi Indonesia, 5(3), 2016.
  3. Budhiman, S., dan Hasyim, B. 2006. Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Wilayah Pesisir Laut Arafura. Prosiding PIT MAPIN XIV, Surabaya, Indonesia.
  4. Chavez, P.S., Berlin, G.L., dan Sowers, L.B. 1982. Statistical method for selecting Landsat MSS ratios. Photographic Engineering, 8(1):1982.
  5. Dewi, E.S. 2006. Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Ternate Provinsi Maluku Utara. (Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor), IPB (Bogor Agricultural University), Bogor.
  6. Winarso, G., Setiawan, K.T., Marini, Y., dan Hartuti, M. 2015. Interpretasi Visual Kenampakan Substrat Dasar Penyusun Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan seribu Menggunakan Data Landsat 8. Buku Buka Rampai Pemanfaatan Penginderaan jauh untuk Wilayah Pesisir dan Laut. IPB Press: Bogor.
  7. Ikhsani, N.R., Trianto, A., dan Irwani. 2014. Kajian Kesesuaian Ekosistem Terumbu Buatan Biorock Sebagai Zona Wisata Diving dan Snorkeling di Pantai Pemuteran, Bali. Marine Research, 3(4), 2014.
  8. Manoppo, A., Anggraini, N., dan Marini, Y. 2015. Identifikasi Mangrove Dengan Metode Optimum Index Factor (OIF) Pada Data SPOT 6 dan Landsat 8 di Pulau Lingayan. Prosiding PIT MAPIN XX, Bogor, Indonesia.
  9. Marini, Y., Manoppo, A., Anggraini, N., 2015. Teknik Penentuan Komposit Warna RGB untuk Identifikasi Mangrove di Pulau Subi Kecil Menggunakan Data Landsat 8. Buku Buka Rampai Mangrove: Citra Penginderaan Jauh dan Identifikasinya. IPB Press: Bogor.
  10. Purwanto, A.D, Asriningrum, W, Winarso, G, Parwati, E. 2014. Analisis Sebaran dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat 8 Di Segara Anakan, Cilacap. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh LAPAN 2014, Bogor, Indonesia.
  11. Pusfatja LAPAN. 2014. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk Ekstraksi Informasi Terumbu Karang: LAPAN.
  12. PUSTEKDATA LAPAN. 2013. Spesifikasi Data SPOT-6 dan SPOT-7. Diakses pada 25 Mei 2018 dari http://pustekdata.lapan.go.id/ index.php/subblog/read/2014/2631/Spesifik asi-Data-Spot-6-dan-Spot-7/litbang-pengolahan-data.
  13. Setiawan, K.T., Marini, Y., dan Winarso, G. 2015. Pemetaan Terumbu Karang di Perairan Pulau Tidung Kepulauan Seribu DKI Jakarta dengan Menggunakan Citra Worldview-2. Prosiding PIT MAPIN XX, Bogor, Indonesia.
  14. Setiawan, K.T., Marini, Y., dan Constina, Y. 2016. Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk Identifikasi Lamun di Perairan Pulau Tidung Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Prosiding Sinasja 2016, Jakarta, Indonesia.
  15. Setyawan, I.E., Siregar, V.P., Pramono, G.H., dan Yuwono, D.M. 2014. Pemetaan Profil Habitat Dasar Perairan Dangkal Berdasarkan Bentuk Topografi: Studi Kasus Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Jakarta. Majalah Ilmiah Globe, 16(2), 2014.
  16. Susanto., Asriningrum W. 2011. Penginderaan Jauh Dengan Nilai Indeks Faktor Untuk Identifikasi Mangrove di Batam (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias). J Berita Dirgantara Vol. 12 No. 3: 104-109.
  17. Susantoro, T.M., dan Wikantika, K. 2015. Pengolahan Data Landsat 8 Untuk Ekstraksi Objek Di Permukaan Laut. Jurnal Ilmiah Geomatika, 21 (2), 2015.
  18. Suwargana, N. 2014. Analisis Citra Alos AVNIR-2 Untuk Pemetaan Terumbu Karang (Studi Kasus: Banyuputih, Kabupaten Situbondo). Prosiding SINASJA 2014, Bogor, Indonesia.