Main Article Content

Abstract

Bambang lanang (Michelia champaca) dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama bambang, medang bambang. Di Bengkulu, budidaya bambang lanang telah berkembang terutama di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Bengkulu Utara dengan sistem penanaman campuran dengan tanaman perkebunan seperti kopi dan sawit. Penelitian dilaksanakan pada bulan November - Desember 2017 di dua lokasi yaitu lahan dengan pola agroforestry dan monokultur milik masyarakat di desa Suro Ilir Kec amatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang. Bahan dalam penelitian ini yaitu tegakan bambang lanang (Michelia champaca) pada lahan dengan pola monokultur dan agroforestry. Data primer atau data utama yang dikumpulkan di dalam penelitian ini adalah data tentang diameter, tinggi (tinggi total dan tinggi bebas cabang), dan riap diameter setinggi dada. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pertumbuhan pola agroforestry lebih baik dari pada pola monokultur. Hal ini ditunjukan oleh kenampakan diameter dan tinggi. Rata-rata diameter pola agroforestry sebesar 26,5 centimeter, dengan nilai standar deviasi  3,894, dari kisaran data diameter berada antara 16,24 - 31,21 centimeter. Rata-rata diameter pola monokultur sebesar 17,19 centimeter, dengan nilai standar deviasi 6,526, dari kisaran data diameter berada antara 10 – 29 centimeter. Hasil pengukuran rata-rata tinggi pola agroforestry sebesar 13,8 meter, dengan nilai standar deviasi 2,077, dari kisaran data tinggi berada antara 10 – 17 meter. Rata-rata tinggi pola monokultur sebesar 11,31 meter, dengan nilai standar deviasi 2,386, dari kisaran data tinggi berada antara 8 – 16 meter. Sementara hasil pengukuran rata-rata tinggi bebas cabang (TBC) pola agroforestry sebesar 8,231 meter, dengan nilai standar deviasi sebesar 1,363, dari kisaran data tinggi bebas cabang (TBC) berada antara 6 – 10,5 meter. Rata-rata pengukuran tinggi bebas cabang (TBC) pola monokultur sebesar 6,813 meter, dengan nilai standar deviasi 1,231, dari kisaran data tinggi bebas cabang (TBC) berada antara 5 – 9 meter.

Keywords

Bambang lanang agroforestry suro ilir

Article Details

References

  1. Bramasto Y, Rustam E, Pujiastuti E, Widyani N, Zanzibar M. 2012. Variasi Morfologi Buah, Benih Dan Daun Bambang Lanang (Michelia Champaca) Dari Berbagai Lokasi Tempat Tumbuh. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.
  2. Endrianto. 2016. Pengantar Taksonomi Bambang Lanang / Cempaka Kuning (Michelia champaca). Program Studi Biologi Medik Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
  3. Hairiah. 2012. Sistem Agroforestry di indonesia. Buku ajar 1.
  4. Herdiana. N, Sofyan. A, Lukman. A. H, Islam. S. 2013. Variasi Genetik Pertumbuhan Uji Keturunan Bambang Lanang (Michelia champaca l) Umur 2 Tahun. Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang. Palembang.
  5. Imanullah. A, Tampubolon. J. P. 2010. Budidaya Jenis Bambang lanang. Penelitian aspek perlindungan. Litbang Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Tanaman. Palembang.
  6. Lestari S, Winarno B. Premono B T. 2015. Saluran Pemasaran Kayu Pertukangan Jenis Bambang Lanang (Michelia Champaca) Yang Menguntungkan Petani Di Sumatera Selatan. Balai penelitian kehutanan Palembang. Palembang.
  7. Lukman. A. H, Yuna. A. P, Mulyadi. K. 2010. Budidaya Jenis Bambang lanang. Penelitian aspek silvikultur. Litbang Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Tanaman. Palembang.
  8. Lukman. A. H. 1999. Penanaman Bambang Lanang (Michelia champaca L.) dalam Upaya Pengembangan Hutan Rakyat. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Balai Teknologi Reboisasi Palembang. Palembang.
  9. Lukman, A.H., A.P. Yuna dan Kusdi. 2010. Penelitian Budidaya Bambang Lanang. LHP Tahun 2010. Balai Penelitian Kehutanan. Palembang.
  10. Martin. E, Premono. B. T, Yuna. A. P, Nurlia. A, Hidayat. A. B. 2010. Aspek Pembudidayaan Bambang di Status Masyarakat. Litbang Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Tanaman. Palembang.
  11. Martin dan Premono. 2010. Hutan Tanaman Kayu Pertukangan adalah Portofolio : Pelajaran dari keswadayaan penyebarluasan bambang lanang di masyarakat. Makalah pada Seminar Nasional Kontribusi Litbang Dalam Peningkatan Produktivitas dan Kelestarian Hutan. 29 November 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Palembang.
  12. Nina. 2013. Sistem tanam tegakan pola monokultur dan agroforestry. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Jurusan Kehutanan Palangka Raya. Palangka Raya.
  13. Premono, Dan Martin. 2011. Nilai Ekonomi Penanaman Pohon Penghasil Kayu pada Lahan Milik Masyarakat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian “Introduksi Tanaman penghasil kayu Pertukangan di Lahan Masyarakat Melalui Pembangunan Hutan Tanaman Pola Campuran”, Musi Rawas, 13 Juli 2011. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
  14. Premono dan Lestari. 2012. Analisis Pemasaran Kayu Bawang di Provinsi Bengkulu Utara. Prosiding seminar hasil penelitian “Introduksi Tanaman Penghasil kayu Pertukangan di Lahan Masyarakat melalui Hutan Tanaman Pola Campuran”, Musi Rawas, 13 Juli 2011. Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
  15. Sofyan. 2010. Mengenal Jenis-jenis Kayu Pertukangan Prioritas Badan Litbang Kehutanan Di Sumatera. Makalah pada Seminar Bersama Hasil-hasil Penelitian. Peran Litbang Kehutanan dalam Implementasi RSPO pada Pembangunan Perkebunan di Sumatera. Pekanbaru, 4-5 Nopember 2010. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
  16. Sumadi. A, Siahaan. H, Tampubolon. J. P. 2010. Budidaya Jenis Bambang lanang. Penelitian Aspek Growth & Yield. Litbang Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Tanaman. Palembang.
  17. Sya,ban. A. 2005. Teknik analisis data penelitian, Aplikasi program spss dan teknik menghitungnya. Disampaikan Pada Pelatihan Metode Penelitian Hari Selasa, 13 Desember 2005, dilaksanakan di Laboratorium Komputer Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta Timur.
  18. Ulya. N. A, 2014. Kajian Sosial, Ekonomi dan Kebijakan Dalam Budidaya Kayu Pertukangan Lokal : Pembelajaran dari Masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang. Palembang.
  19. Ulya. N. A. 2006. Teknologi dan Kelembagaan Social Forestry di Hutan Rakyat. Laporan Penelitian Balai Litbang Hutan Tanaman Indonesia Bagian Barat, Palembang.
  20. Wahyu U, Panjaitan S. 2013. Perbandingan Sistem Agroforestry, Monokultur Intensif, Dan Monokultur Konvensional Dalam Pembangunan Hutan Tanaman Sengon. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Palangkaraya.
  21. Wahyudi. 2013. Perbandingan sistem agroforestry, monokultur intensif, dan monokultur Konvensional dalam pembangunan hutan tanaman sengon. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Jurusan Kehutanan Palangka Raya. Palangka Raya.
  22. Waluyo dan Lestari. 2013. Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Lahat dan Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Hasil penelitian Balai Penelitian Kehutanan “Integrasi IPTEK dalam Kebijakan dan Pengelolaan Hutan Tanaman di Sumatera Bagian Selatan”, Palembang, 2 Oktober 2013. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
  23. Winarno. B. 2012. Realitas Pengelolaan Bambang lanang (Michelia champaca L.) oleh Masyarakat pada daerah Sebaran Alaminya di Kabupaten Empat Lawang. Prosiding Forum Komunikasi Multipihak “Hutan Rakyat Sebagai Solusi Penyedia Kayu Pertukangan”, Palembang, 20 Juni 2012. Pusat Litbang Peningkatan Produkstivitas Hutan. Bogor.