HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR POLA IKAT PEMBULUH DENGAN NILAI BERAT JENIS PADA POSISI HORIZONTAL BATANG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper Backer)

Authors

  • Dara Mustika Jurusan Kehutanan Universitas BengkuluJln. Raya Kandang Limun Bengkulu 38371A
  • Nani Nuriyatin Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas BengkuluJalan. WR. Supratman Kandang Limun Kota Bengkulu 38371Telepon/Faksimile 0736 – 21290, 21170 Pesawat 206, 226
  • Putranto B. Agung N Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas BengkuluJalan. WR. Supratman Kandang Limun Kota Bengkulu 38371Telepon/Faksimile 0736 – 21290, 21170 Pesawat 206, 226

Keywords:

sifat fisik, sengon, limbah, kayu, energi aternatif

Abstract

Sebagai hasil hutan bukan kayu, batang bambu betung tergolong keras dan kuat sehingga sering digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan rumah-rumah sederhana di pedesaan atau jembatan.  Sebagaimana batang jenis bambu yang lain, batang bambu betung juga digunakan sebagai bahan baku kertas dengan tingkat rendemen tinggi. Berat jenis merupakan salah satu sifat fisik bambu dalam penentuan penggunaan bambu sebagai bahan kontruksi (Pujirahayu, 2012). Karena terdapat perbedaan dalam susunan pola ikatan pembuluhnya, hal ini menimbulkan dugaan adanya perbedaan nilai berat jenis untuk setiap perbedaan pola penyusunannya.  Penelitian ini mencoba untuk mengamati secara mendalam nilai berat jenis di berbagai  posisi horizontal yaitu tepi, tengah, pusat dan dalam dari penampang melintang batang bambu dengan memperhatikan perbedaan struktur pola ikatan pembuluh penampang lintang bambu betung yang terdiri dari proporsi serabut, kerapatan pola ikat, rantai serabut 1 dan 2 diduga memiliki perbedaan nilai berat jenis dari setiap lapisan penampang lintang sehingga melatarbelakangi penelitian ini untuk bisa menentukan penggunaan batang bambu yang lebih efisien dan efektif sesuai dengan nilai berat jenisnya.

Penelitian ini menggunakan metode Vintila yang terdiri dari pengukuran berat jenis dan pengukuran massa jenis. Pengukuran berat jenis menggunkan ukuran sampel kecil berdasarkan lapisan pola ikat pembuluhnya Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 24 sampel dengan 3 kali ulangan dan 4 kali perlakuan dari 2 posisi batang bambu betung. Analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan uji t. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Juni 2018.

Hasil analisis korelasi menunjukan bahwa berat jenis di berbagai lapisan penampang melintang tidak ada hubungan dengan struktur pola ikat pembuluh. Namun jumlah sampel yang digunakan sedikit atau kecil dari 30, jadi belum bisa mewakili analisis korelasinya, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu ditambah ulangannya atau sampelnya. Sedangkan hasil uji t dari berat jenis adalah pada bagian tepi berbeda nyata dengan bagian tepi, tengah, pusat dan dalam. Pada bagian tengah berbeda nyata dengan bagian pusat dan dalam, serta pada bagian pusat berbeda nyata dengan bagian dalam. Namun berat jenis di posisi pangkal dan tengah batang pada masing-masing lapisan penampang lintang tidak berbeda nyata.

Key words: Bambu betung, Pola Ikatan Bambu, Berat Jenis

 

References

Abdul, Haris. 2008. Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Buluh Bambu Sebagai Bahan Kontruksi. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Adi, Setiadi. 2009. Sifat Kimia Beberapa Jenis Bambu pada Empat Tipe Ikatan Pembuluh. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Dirga, S.P. 2012. Karakteristik Bilah dan Buluh Bambu Gombong dan Mayan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Dwi, P.L. 2014. Sifat Kimia dan Anatomi serta Pengaruhnya terhadap Kekuatan Tarik pada Lima Jenis Bambu. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Fadillah, Rahmika. 2018. Karakteristik Serabut dan Berat Jenis (BJ) Bambu Betung (Dendrocalamus asper Backer) pada Penampang Melintang dan Posisi Batang. Skripsi. Universitas Bengkulu, Bengkulu

Grosser D, Liese W. 1971. On the anatomy of Asian bamboos, with spesial reference to their vaskular bundles. Wood Sci and Tech 5: 290-312.

Gusti, M.O. 2005. Cara Penentuan Kelas Kuat Acuan Bambu Betung. Mektek VI (18)

Karyono., Dwi Satya Palupi., Suharyanto. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI. BSE, Bogor

Liese, W. 1980. Anatomy of Bamboo. Dalam : Bamboo Research in Asia. Proceeding of a workshop held in Singapore, 28 – 30 May 1980. hal. 161 – 164.

Liese W. 1985. Anatomy and properties of Bamboo. Proceedings of the International Bamboo Workshop recent research on bamboo. Singapore 28-30 May 1980

M, Loiwatu. 2006. Komponen Kimia dan Anatomi Tiga Jenis Bambu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura, Ambon

Niken, Pujirahayu. 2012. Kajian Sifat Fisik Beberapa Jenis Bambu di Kecamatan Tonggauna Kabupaten Konawe. Agriplus XXII (2)

Nuriyatin, Nani. 2000. Studi Analisa Sifat-Sifat Dasar Bambu Pada Beberapa Tujuan Penggunaan. Tesis. Jurusan Ilmu Pengetahuan Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Nuriyatin, Nani. 2012. Pola Ikatan Pembuluh Bambu sebagai Pneduga Pemanfaatan Bambu. Disertasi Sekolah Paca Sarjana. IPB, Bogor.

Orina, M. M. 2010. Karakteristik Papan Serat Berkerapatan Sedang dari Pulp Bambu Betung Melalui Proses Chemical Mechanical Pulping (CMP). Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Pande, P.K. 2009. Variation in fibre dimensions of some commercially important bamboo species of India. Journal of the Indian Academy of Wood Science, 6(1-2): 7-11.

Putro, D.S., Jumari, Murningsih. 2014. Keanekaragaman Jenis dan Pemanfaatan Bambi di Desa Lopait Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Jurnal Biologi III (2): 71-79

Rulliaty, S., Hadjib, N., Jasni, Suprapti, S., Muslich, M., Komarayati, S., Pari, G., Basri, E., Sulastiningsih, I. M. & Abdurahman. (2012). Sifat Dasar dan Kegunaan Bambu. Laporan Hasil Penelitian. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.

Sitorus, R. (1997). Analisa Pemanfaatan Bambu di Daerah Transmigrasi Oransbari Kabupaten Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Cendrawasih, Monokwari

Smith, D. M. 1995. A Comparison of Two Methods for Determining the Specific Gravity of Small Samples of Second-Growth Douglas-Fir. U. S. Department of Agriculture. University of Wisconsin

Tamolang, F. N., Lopez, F. R., Semara, S. A., Casin, R. F. and T. B. Espiloy. 1980. Properties and Utilization of Phillipines Erect Bamboos. Dalam : Bamboo Research in Asia.Singapore, 28-30 May 1980. International Development Reseach Centre. Ottawa.

Teguh, Sugiyarto., Eny, Ismawati. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/Mts Kelas VII. BSE, Bogor

Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-Jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Puslitbang Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bogor

Downloads

Published

2023-06-27

Issue

Section

Articles