KELIMPAHAN JENIS DAN PERSEPSI MASYARAKAT DESA SUKA NEGERI TENTANG ROTAN DI ZONA TRADISIONAL TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT (TNKS) KECAMATAN TOPOS KABUPATEN LEBONG

Authors

  • Saprinurdin Saprinurdin Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
  • Cici Yurika Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
  • Nani Nuriyatin Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Abstract

Rotan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia yang memiliki nilai komersial cukup tinggi. Hampir seluruh bagian rotan bisa dimanfaatkan sehingga berpotensi dikembangkan sebagai bahan perdagangan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Oleh karena itu, keberadaan rotan harus dilestarikan untuk menjaga keanekaragaman sumber genetiknya. Secara ekologis rotan tumbuh dengan subur di berbagai tempat, baik dataran rendah maupun dataran tinggi, terutama di daerah yang lembab seperti pinggiran sungai (Kalima, 2008). Pemanfaatan rotan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan meliputi segala aspek yakni sebagai sumber pangan, sumber minuman, bahan dasar obat dan kosmetik, bahan kerajinan rumah tangga, bahan bangunan, dan bahan baku mebel untuk mendukung industri rotan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelimpahan jenis rotan setiap grid pengamatan dan mengetahui persepsi masyarakat tentang keberadaan rotan di Zona Tradisional Taman Nasional Kerinci Seblat Kecamatan Topos, Kabupaten Lebong serta mengetahui bagaimana bentuk pemanfaatannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2022- Januari 2023. Terdapat 5 jenis rotan yang terdiri dari 3 marga, yaitu 1. Calamus (3 jenis) yang terdiri dari Calamus manan Miq dengan jumlah individu 21 batang, Calamus scipionum Loureiro jumlah individu 6 batang, dan Calamus  javensis Blume 43 batang dari 22 rumpun, 2. Korthalsia (1 jenis), yaitu Korthalsia rigida Blume dengan jumlah individu 25 dari 10 rumpun, 3. Daemonorops (1 jenis) yaitu Deamonorops longifer Griff jumlah individu 133 dari 39 rumpun. Berdasarkan indeks nilai penting Deamonorops longifer Griff (76,531%) dan Calamus  javensis Blume (44,898%) merupakan rotan yang paling melimpah di 8 grid pengamatan di zona tradisional. Masyarakat memiliki persepsi setuju bahwa keberadaan rotan sebagai salah satu HHBK di zona tradisional memiliki banyak manfaat dan berpotensi untuk dikembangkan yang keberadaannya di zona tradisional harus tetap dijaga dengan upaya budidaya. Pemanfaatan rotan di Desa Suka Negeri masih kurang maksimal karena pemanfaatannya oleh sebagian masyarakat hanya sebatas rotan dijual mentah dan mayoritas dimanfaatkan untuk keperluan pribadi sebagai alat rumah tangga dalam skala kecil. Masyarakat memanfaatkan rotan sebagai tali temali, tali pengikat rakit, tali jemuran, pengait pinggiran beronang, pengait anyaman sekam, penyangga pinggiran tangguk, pengait teleng dan tampah, tongkat kujua, tongkat sapu, bahan membuat ginjar dan bahan membuat sangkar layang.

Kata kunci : rotan, pemanfaatan rotan, sebaran spasial, persepsi

References

Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Dwiyanda, E., Wiryono, dan N. Nuriyatin. (2022). Pemanfatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Di Hutan Lindung Bukit Daun oleh Masyarakat Desa Kelilik Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Journal of Global Forest and Environmental Science, 2(2), 61-72.

Fajeriadi, H., D. Dharmono, dan M. Muchyar. 2016. Keanekaragaman rotan di sekitar Air Terjun Rampah Menjangan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Jasni., R. Damayanti, dan T. Kalima. 2012. Atlas Rotan Indonesia jilid 1 Cetakan ke-2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu. Badan Penelitiann dan Pengembangann Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.

Perjanjian Kerja Sama Nomor 04/T.1/BTU/REN/04/2021 tentang Kemitraan Konservasi dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemberian Akses Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Zona Tradisional Taman Nasional Kerinci Seblat di Desa Suka Negeri Kecamatan Topos Kabupaten Lebong.

Sugiyono. 2021. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D Edisi kedua Cetakan ke-3. Bandung: Alfabeta,Cv, Hal. 2

Sofiah, S., D. Setiadi, dan D. Widyatmoko. 2013. Pola penyebaran, kelimpahan dan asosiasi bambu pada komunitas tumbuhan di Taman Wisata Alam Gunung Baung Jawa Timur. Berita Biologi, 12(2), 239-247.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Downloads

Published

2023-12-31