Main Article Content

Abstract

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem laut yang sangat rentan oleh kerusakan lingkungan. Terumbu karang di perairan Bilik, Taman Nasional Baluran merupakan contoh ekosistem terumbu karang yang mengalami ancaman kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memonitor kesehatan terumbu karang adalah dengan melihat kelimpahan megabentos dalam ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kesehatan ekosistem terumbu karang dengan melihat kelimpahan megabentos di perairan Bilik, Taman Nasional Baluran. Metode yang digunakan dalam inventarisasi megabentos adalah dengan Benthos Belt Transect dan analisis video di Blok Sijile dan Blok Jeding di Perairan Bilik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Blok Sijile tidak ditemukan ekosistem terumbu karang dan megabentos. Sementara itu di Blok Jeding ditemukan ekosistem terumbu karang dengan megabentos berupa bulu babi dan bintang laut biru. Kelimpahan bulu babi di dan bintang laut biru adalah 0-0,14 individu/m2. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesehatan ekosistem terumbu karang di Blok Jeding perairan Bilik Sijile masih baik, namun perlu mendapat perhatian khusus karena sebagian area terumbu karang mengalami pemutihan akibat aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan.

MEGABENTHOS ABUNDANCE AS CORAL HEALTH INDICATORS IN BILIK WATERS, BALURAN NATIONAL PARK, INDONESIA. Coral reef ecosystems are marine ecosystems that are prone to environmental damage. Coral reefs in Bilik waters, Baluran National Park, are examples of coral reef ecosystems that are threatened by environmental damage due to climate change and human activities. One of the methods for health monitoring of coral reefs is by looking at the abundance of megabenthos in coral reef ecosystems. Therefore, this study aims to determine the health of coral reef ecosystems by looking at the abundance of megabenthos in Bilik waters, Baluran National Park. We used Benthos Belt Transect and video analysis to identify the spatial distribution and number of megabenthos in Sijile Block and Jeding Block, Bilik waters. The results showed that in Sijile Block, there were no coral reef neither megabenthos ecosystems. Meanwhile, in Jeding Block, there was a coral reefs ecosystem with megabenthos in the form of sea urchins and blue starfish. The abundance of sea urchins and the blue sea star in Jeding Block was about 0-0.14 individual/m2. These conditions indicate that the health of the coral reef ecosystem in Jeding Block, Bilik waters was still in good condition, even though it still needs special attention related to coral bleaching as a consequence of fisheries activities that are not environmentally friendly.

Article Details

How to Cite
Mutaqin, B. W., Yuendini, E. P., Aditya, B., Rachmi, I. N., Fathurrizqi, M. I., Damayanti, S. I., Ahadiah, S. N., & Puspitasari, N. N. A. (2020). KELIMPAHAN MEGABENTOS SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN KARANG DI PERAIRAN BILIK, TAMAN NASIONAL BALURAN, INDONESIA. JURNAL ENGGANO, 5(2), 181–194. https://doi.org/10.31186/jenggano.5.2.181-194

References

  1. Abrar, M. 2015. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan (TWP) Selat Bunga Laut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Jakarta: COREMAP CTI – LIPI.
  2. Arjasakusuma S., Mutaqin B.W., Sekaranom A.B., Marfai M.A. 2020. Sensitivity of Remote Sensing-based Vegetation Proxies to Climate and Sea Surface Temperature Variabilities in Australia and Parts of Southeast Asia. International Journal of Remote Sensing. https://doi.org/10.1080/01431161.2020.1782509.
  3. Barnes, R.D. 1980. Invertebrate Zoology 4th edition. Holt Saunders International, Philadelphia and Tokyo.
  4. Cerpenter, R.C. 1985. Sea Urchin Mass-Mortality: Effects On Reef Algal Abundance, Species Composition, and Metabolism and Other Coral Reef Herbivores. Proc. Fifth Inter. Coral Reef Congress, Tahiti 4:53-60.
  5. Chumkiew, S., Jaroensutasinee, K., dan Jaroensutasinee M. 2011. Impact of Global Warming on Coral Reef. Walailak Journal of Science and Technology, Nomor 8 Volume 2.
  6. Coma R, Serrano E, Linares C, Ribes M, Díaz D, Ballesteros E 2011 Sea Urchins Predation Facilitates Coral Invasion in a Marine Reserve. PLoS ONE 6(7): e22017. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0022017.
  7. Giyanto, Manuputty, A. E., Abrar, M., M, R., Siringoringo, R.Suharti, S., … Zulfianita, D. 2014. Panduan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
  8. Hartati, R., Meirawati, E., Redjeki, S., Riniatsih, I., & Mahendrajaya, R. 2018. Jenis-Jenis Bintang Laut dan Bulu Babi (Asteroidea Echinodea: Echinodermata) di Perairan Pulau Cilik, Kepulauan Karimunjawa. Jurnal Kelautan Tropis, vol. 21, no. 1, pp. 41-48, Apr. 2018. https://doi.org/10.14710/jkt.v21i1.2417.
  9. Harvey, J.T. 2008 Abundance. Encyclopedia of Ecology (ed. by S.E.J. Fath and D. Brian), pp. 4-10. Academic Press, Oxford.
  10. Jalaluddin dan Ardeslan. 2017. Identifikasi dan Klasifikasi Phylum Echinodermata di Perairan Laut Desa Sembilan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue. Jurnal Biology Education, 6(2), http://dx.doi.org/10.32672/jbe.v6i2.435.
  11. Lukman, Chrismandha, T., Fakhrudin, M., & Sudarso, J. 2009. Komunitas Biota Hewan Bentik Pada Danau Paparan Banjir Di Kalimantan Timur. Biosfera, 26(3), 115–123. https://doi.org/10.20884/1.mib.2009.26.3.164.
  12. McClanahan, T. R., dan S. H. Shafir. 1990. Causes and consequences of sea urchin abundance and diversity in Kenyan coral reef lagoons. Oecologia 83:362-370. https://doi.org/10.1007/BF00317561.
  13. Muhlis. 2011. Ekosistem Terumbu Karang dan Kondisi Oseanografi Perairan Kawasan Wisata Bahari Lombok. Berkala Penelitian Hayati, 16(2), 111–118.
  14. Mutaqin B.W. dan Angga B.R.D. 2013. Analisa Spasial Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Perairan Jepara Menggunakan Citra Landsat 8. Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi 2013, 25 – 26 September 2013, Yogyakarta, Indonesia.
  15. Mutaqin B.W. dan Rohmah F.N. 2013. Biodegradation of Seagrass Ecosystem and its Implication on Coastal Resources in Maratua Island, East Kalimantan – Indonesia. Proceeding in Ecosystem Disaster Risk Reduction. Master Program in Planning and Management of Coastal Area and Watershed in cooperation with Center for Natural Resources and Development (CNRD). ISBN: 978-602-14856-1-5.
  16. Mutaqin B.W. 2017. Shoreline Changes Analysis in Kuwaru Coastal Area, Yogyakarta, Indonesia: An Application of the Digital Shoreline Analysis System (DSAS). International Journal of Sustainable Development and Planning 12(7), pp. 1203-1214. https://doi.org/10.2495/SDP-V12-N7-1203-1214.
  17. Mutaqin B.W., Lavigne F., Landa A., Ahyadi H., Hadmoko D.S., Hananto N., Handayani L., 2018. The Impact of AD 1257 Samalas Eruption to Coral Reef Ecosystems on the East of Lombok, Indonesia, Asia Oceania Geosciences Society (AOGS) 15th Annual Meeting, 3 – 8 June 2018, Honolulu, Hawaii.
  18. Mutaqin B.W., Marfai M.A., Helmi M., Rindarjono M.G., Windayati R., Sunarto 2020. Spatio-temporal Mapping of Ecotourism Activities in Buleleng Conservation Zone: A Methodological Review, IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 451 012095. https://doi.org/10.1088/1755-1315/451/1/012095.
  19. Nurrohmah, I. 2018. Kepadatan dan Pola Distribusi Populasi Anadara antiquata L. di Zona Interdal Pantai Bilik Taman Nasional Baluran. Skripsi. Universitas Jember.
  20. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P4/MENHUT-II/2012,Tentang perubahan atas peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/MENHUT-II/2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
  21. Ruiz-Ramos, Dannise V; Hernández-Delgado, Edwin A; Schizas, Nikolaos V. 2011. Population status of the long-spined urchin Diadema antillarum in Puerto Rico 20 years after a mass mortality event. Bulletin of Marine Science, Volume 87, Number 1, January 2011, pp. 113-127(15). https://doi.org/10.5343/bms.2010.1038.
  22. Satyawan, N. M. Dan Atriningrum, N. T. 2019. Kondisi Eksisting Fauna Megabenthos di Perairan Labuhan Pandan Lombok Timur Pasca Gempa Bumi Lombok 7.0 Skala Ritcher. Jurnal Biologi Tropis. 19(2): 172-179. http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v19i2.1303.
  23. Siringoringo, Rikoh M., Rizkie Satria, M. Abrar, Bambang H, Kunto W, Ucu Arbi, Mudjiono, Wayan Eka, Susi R, dan R. Sutiadi. 2014. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Kesehatan Ekosistem terkait di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
  24. Sohilait, I. M. 2006. Kualitas Perairan Pesisir Teluk Ambon Dalam Berdasarkan Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Bioindikator. Tesis. Ilmu Lingkungan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  25. Sunarto, Malawani M.N., Mutaqin B.W. 2019. Geomorfologi Lingkungan Pesisir. Badan Penerbit Fakultas Geografi: Yogyakarta. p160.
  26. Suryanti dan Ruswahyuni. 2014. Perbedaan Kelimpahan Bulu Babi(Echinoidea) pada Ekosistem Karang dan Lamun di Pancuran Belakang, Karimunjawa Jepara. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 10(1): 62-67.
  27. Suryanti, S., Churun A., dan Nurul A. 2018. Relationship Between of Sea Urchin Abudance , Macroalgae and Coral Closure on the Cemara Kecil Island. J. Phys.: Conf. Ser. 1025 012038. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1025/1/012038.
  28. Tyrrell, S. 2014. The Distribution and Impact of Sea Urchins on Coral Reefs in Watamu, Kenya. Dissertation. Faculty of Geography. University of Exeter.
  29. Zamani, N.P. 2015. Kondisi Terumbu Karang dan Asosiasinya dengan Bintang Laut (Linckia Laevigata) di Perairan Pulau Tunda, Kabupaten Seram, Provinsi Banten. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 1-10. https://doi.org/10.24319/jtpk.6.1-10.
  30. Zulkifli, H., & Setiawan, D. 2012. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Sungai Musi Kawasan Pulokerto sebagai Instrumen Biomonitoring. Jurnal Natur Indonesia, 14(01), 95–99. https://doi.org/10.31258/jnat.14.1.95-99.