Main Article Content

Abstract

Siput gonggong di Pulau Bangka, khususnya di Bangka Selatan mengalami ancaman serius dampak eksploitasi berlebihan dan perusakan habitat dari aktivitas penambangan timah di laut. Kondisi tersebut terjadinya penurunan ukuran populasi siput gonggong. Mencegah dan melindungi siput gonggong perlu dilakukan upaya penambahan stok siput gonggong di alam melalui proses restoking. Akan tetapi keberhasilan kegiatan restoking perlu dilakukan analisis kesesuaian lokasi, sehingga perlunya dilakukan penelitian ini. Tujuan penelitian yaitu Menganalisis kesesuian lokasi untuk restoking siput gonggong di Pulau Bangka berdasarkan parameter fisika, kimia, biologi dan kondisi perairan. Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu 1) Pengambilan data di lapangan yang meliputi pengukuran vegetasi lamun, parameter lingkungan dan sampel air dan sedimen 2) Pengambilan data di Laboratorium yang meliputi pengukuran tekstur substrat dan uji klorofil-a, 3) Analisis data yang berdasarkan hasil dari lapangan dan laboratorium, untuk membuat matrik kesesuaian lokasi restoking siput gonggong. Hasil penelitian ditemukan 8 spesies lamun dengan tutupan berkisar antara 2.8 s.d 37,53 %. Berdasarkan perhitungan analisis kesesuaiaan lokasi restoking di Bangka Selatan dengan nilai berkisar 76,98 s.d 86,51 atau dapat di kategorikan dari cukup sesuai s.d sangat sesuai. Lokasi yang sangat sesuai terdapat pada Stasiun 2 dengan nilai yaitu 86,51, hasil ini menunjukkan area yang akan di jadikan kawasan restoking tidak mempunyai faktor pembatas yang sangat berarti. Sedangkan lokasi yang cukup sesuai meliputi Stasiun 1 (77,78), Stasiun 3 (77,78), Stasiun 4 (78,57), Stasiun 5 (77.78) dan Stasiun 6 (76.98) sehingga apabila di jadikan kawasan restoking lokasi ini memempunyai faktor pembatas yang berarti. Hasil analisis lokasi yang paling cocok untuk dijadikan kawasan restoking yaitu Stasiun 2 di Pulau Anak Air, Bangka Selatan. 

Article Details

Author Biography

Okto Supratman, Universitas Bangka Belitung

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi
How to Cite
Supratman, O. (2021). KESESUAIAN LOKASI RESTOKING SIPUT GONGGONG (Levistrombus turturella) DI BANGKA SELATAN, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. JURNAL ENGGANO, 6(1), 125–137. https://doi.org/10.31186/jenggano.6.1.125-137

References

  1. Brower., Zar, J.H., and Von Ende, C.N. 1998. Field and Laboratory Methodes for General Ecology. 4rd Ed. McGraw-Hill. United States of America
  2. Cappenberg H.A.W. 2016. Keanekaragaman jenis neogastropoda di Teluk Lampung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 8(1): 237-248
  3. Cob, Z.C., Arshad, A., Bujang, J.S., Nurul-Husna W.H.W., & Ghafar MA. 2014. Feeding Behaviour and Stomach Content Analysis of Laevistrombus canarium (Linnaeus, 1758) from the Merambong Shoal, Johor, Malaysia. Malayan Nature Journal 66. 184-197.
  4. Cob, Z.C., Arshad, A., Bujang, J.S., Bakar, Y., Simon, K.D., & Mazlan, A.G. 2012. Habitat preference and usage of Strombus canarium Linnaeus, 1758 (Gastropoda: Strombidae) in Malaysian seagrass beds. Italian J. Zool. 79(3):459-467.
  5. Dody, S. (2011) : Pola sebaran, kondisi habitat dan pemanfaatan siput gonggong (strombus turturella) di Kepulauan Bangka Belitung. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 37(2):339-353.
  6. Fifiyanti, R., Supratman, O. and Utami, E., 2020. Kepadatan Siput Gonggong (Strombus turturella) dengan Faktor Lingkungan Di Perairan Teluk Kelabat Kepulauan Bangka Belitung. Journal of Tropical Marine Science, 3(1):28-34.
  7. Greggor, A.L., & Laidre, M.E. 2016. Food fights: aggregations of marine hermit crabs (Pagurus samuelis) compete equally for food-and shell-related carrion. Bull. Mar. Sci. 92(3):293-303.
  8. Krebs, C.J. 1998. Ecological Methodelogy. 2rd ed. Addison-Welsey Education Publishers, California.
  9. Lee, S.Y., Fong, C.W. & Wu, R.S.S. 2001. The effects of seagrass (Zostera japonica) canopy structure on associated fauna: a study using artificial seagrass units and sampling of natural beds. J. Experimen. Mar. Biol. Ecol. 259(1):23-50.
  10. Marsden, I.D. & Bressington, M.J., 2009. Effects of macroalgal mats and hypoxia on burrowing depth of the New Zealand cockle (Austrovenus stutchburyi). Estuarine, Coastal Shelf Sci. 81(3):438-444.
  11. Menteri Negera Lingkungan Hidup. (2004): Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut, KEP No. 51/MENLH/I/2004, Jakarta.
  12. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 3 Tahun 2020 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
  13. Rahmawati S, Irawan A, Supriyadi I.A, Azkab M.H. 2017. Panduan Pemantauan Penilaian Kondisi Padang Lamun. Jakarta : COREMAP CTI LIPI.
  14. Rasyid, A., &Dody, S. 2018. Evaluation of the nutritional value and heavy metal content of the dried marine gastropod Laevistrombus turturella. AACL Bioflux, 11(6): 1799-1806.
  15. Supratman, O. and Adi, W., 2018. Distribusi dan Kondisi Komunitas Lamun di Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(3), pp.561-573.
  16. Supratman, O. and Syamsudin, T. S. 2016. Behavior And Feeding Habit of Dog Conch (Strombus turturella) in South Bangka Regency, Bangka Belitung Islands Province’, el-hayah, 6(1):15–21.
  17. Supratman, O. and Syamsudin, T.S., 2018. Karakteristik Habitat Siput Gonggong Strombus turturella di Ekosistem Padang Lamun. Jurnal Kelautan Tropis, 21(2):81-90.
  18. Supratman, O. and Syamsudin, T.S., 2019. Population Structure and Life Table of Dog Conch (Strombus turturella) in Bangka Belitung Islands, Indonesia. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 11(2):72-81.