Main Article Content
Abstract
Persoalan pendidikan menjadi salah satu persoalan utama di Desa Mira, Pulau Morotai. Pendidikan di Desa Mira masih tertinggal jauh dengan pendidikan di desa-desa lain yang ada di pusat kota. Hal itu dikarenakan jarak antara Desa Mira dengan pusat kota lumayan jauh sekitar ± 42 kilometer, sehingga akses pendidikan terbatas. Salah satu penyebab ketertinggalan pendidikan di Desa Mira yaitu karena tidak terdapat satu pun perpustakaan di sekolah-sekolah desa tersebut. Selain permasalahan pendidikan, di Desa Mira terdapat beberapa kasus pernikahan dini. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi yaitu merasakan bangku kuliah di kota. Dari segi seni dan budaya, desa ini memiliki seni yang beragam misalnya kerajinan tangan (susiru, tikar, dll). Solusi yang ditawarkan adalah program segitiga (Seni, Ekonomi, Literasi, Teknologi dan Agama). Pusat kegiatan program segitiga berupa tempat atau ruang yang terbuka yang dapat dimanfaatkan pelaksanaan berbagai kegiatan yaitu pengajaran baca tulis, pengajaran matematika, pelatihan susiru, pelatihan konten video, perlombaan pentas malam seni, budaya dan agama. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya perubahan fisik berupa pojok baca. Selain itu adanya publikasi media masa dan media elektronik. Keberlanjutan program Segitiga dengan melakukan penunjukan pengurus di tahun berikutnya.
Article Details
Copyright (c) 2024 Hernita Pasongli, Wilda Syam Tonra, Dahlan Wahyudi, Marwis Aswan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.