Main Article Content

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan makna nampun kule dalam adat pernikahan suku Pasemah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan Metode penelitian kualitatif etnografi. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat prinsip-prinsip dalam kajian etnografi dan menekankan pada penafsiran tentang fenomena kebudayaan masyarakat tertentu. Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: tradisi nampu kule merupakan  simbol bagi pasangan bujang dan gadis calon pengantin yang akan melaksanakan akad pernikahan yang bertujuan untuk mempersatukan keluarga kedua belah pihak melalui musyawarah sampai ada kesepakatan dari sejak mereka akan menikah sampai nantinya menjadi sepasang suami istri. Tradisi nampun kule dilaksanakan dengan tahapan (1) nuei rasan (2) ngalih tutughan (3) nentukan kekendakan (4) perundingan terakhir (5) Ijab Kabul (6) bimbang. Dari aspek makna hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara keseluruhan teks pantun dalam nampun kule memiliki makna pengharapan sekaligus ungkapan perasaan sukacita dari keluarga kedua belah pihak yang akan segera mempunyai ikatan keluarga melalui perkawinan, dan unsur-unsur dalam nampun kule memberikan pemaknaan berbeda yang membentuk sebuah tatanan adat yang masih dipertahankan di masyarakat suku Pasemah. Nampun kule pada masyarakat Pasemah memiliki fungsi sebagai sarana untuk mempersatukan antara keluarga pihak bujang dan pihak gadis dengan melalui musyawarah sampai ada kesepakatan dengan rangkaian adat yang sudah ditentukan.

Article Details

How to Cite
Utomo, B., Sarwono, S., & Purwadi, A. J. (2019). MAKNA NAMPUN KULE DALAM ADAT PERNIKAHAN SUKU PASEMAH. Jurnal Ilmiah KORPUS, 3(3), 276–283. https://doi.org/10.33369/jik.v3i3.8318

References

  1. Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan
  2. Indonesia. Yogyakarta: CV ANDI
  3. OFFSET.
  4. Danandjaja, James. 1994. Folklor
  5. Indonesia Ilmu Gosip, Dogeng, dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafity.
  6. Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi
  7. Penelitian Folklor. Yogyakarta: PT. Media Pressindo.
  8. Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan
  9. Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
  10. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan seni
  11. pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.