PERBANDINGAN PEMBENTUKAN BIOPORI PADA TANAH HUTAN ALAMI DAN TANAH PERKEBUNAN KOPI OLEH Pontoscolex corethrurus DI DESA SINAR GUNUNG

Jhony Saputra Jaya (1)
(1)

Abstract

Pori tanah sangat penting dalam memperbaiki ekosistem tanah, mengatasi penggenagan air, mencegah banjir dan erosi. Peningkatan porositas tanah melalui pembentukan biopori merupakan pendekatan yang ramah lingkungan sekaligus efesien dalam pembiyayaan. Pontoscolex corethrurus merupakan cacing tanah yang sangat potensial untuk peningkatan porositas tanah melalui pembentukan biopori. Namun demikian, hingga sejauh ini penelitian efektivitas cacing tanah tersebut dalam pembentukan biopori untuk kondisi ekosistem yang berbeda belum banyak dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini, membandingkan tingkat pembentukan biopori tanah oleh P. corethrurus pada lahan hutan alami dan perkebunan kopi berikut karakteristik fisik, kimia dan biologi tanahnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai September 2019. Penelitian lapangan di laksanakan di perkebunan kopi masyarakat dan hutan alami Bukit Balai Rejang di desa Sinar Gunung, Kecamatan Sindang Dataran. Biopori tanah yang dibentuk oleh cacing tanah P. corethrurus pada lahan perkebunan kopi yang dikelola secara intensif melalui budidaya tanaman semusim adalah sekitar 568,26 biopori/m 2 dan lebih rendah jika dibandingkan lahan hutan alami yang mencapai sekitar 695,21 biopori/m2 . Namun lahan perkebunan kopi dapat mempertahankan sifat fisik tanah, terutama bobot volume, bobot jenis, porositas, dan tekstur tanah, sebagaimana tanah pada hutan alami. Bahkan perkebunan kopi secara umum memiliki sifat kimia yang lebih baik dibandingkan hutan alami.

Full text article

Generated from XML file

Authors

Jhony Saputra Jaya
nasaljoe@yahoo.com (Primary Contact)
Jaya, J. S. (2021). PERBANDINGAN PEMBENTUKAN BIOPORI PADA TANAH HUTAN ALAMI DAN TANAH PERKEBUNAN KOPI OLEH Pontoscolex corethrurus DI DESA SINAR GUNUNG. Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, 10(1), 125–133. https://doi.org/10.31186/naturalis.10.1.18159

Article Details