Induksi Tunas Sengon (Falcataria Moluccana) Bebas Karat Puru Secara In Vitro Untuk Mendukung Pembangunan Hutan Rakyat Secara Berkelanjutan
Abstrak
Salah satu jenis yang direkomendasikan untuk industri kayu adalah Falcataria moluccana (sengon). Saat ini pertanaman sengon banyak diserang oleh penyakit karat puru. Penyakit ini menyebabkan daun mengeriting, melengkung, tidak normal dan menyebabkan kematian tanaman. Salah satu solusi mengatasi penyakit karat puru adalah mengembangkan bibit sengon yang bebas karat puru secara in vitro. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purine BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA) terhadap pertumbuhan eksplan tunas sengon, dan mencari media terbaik untuk memacu pertumbuhan eksplan sengon. Penelitian menggunakan media MS dengan perlakuan BAP pada dosis 0, 1, 2, dan 3 ppm. Konsentrasi NAA sebesar 0, 0.25, dan 0,5 ppm. Total ada 4 x 3 = 12 kombinasi perlakuan dengan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 1 eksplan. Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase tumbuh eksplan dan jumlah tunas yang terbentuk per eksplan. Peubah tambahan seperti eksplan yang berkalus dan warna kalus. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu selama tiga bulan. Data dianalisis varian kemudian diuji lanjut DMRT pada taraf 5% dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian BAP mampu merangsang pembentukan tunas sengon in vitro pada konsentrasi 1 ppm BAP/l. Peningkatan konsentrasi BAP akan menurunkan induksi tunas. Sementara itu, perlakuan NAA pada berbagai konsentrasi tidak mempengaruhi induksi tunas. Secara umum BAP lebih berpengaruh terhadap pembentukan tunas daripada NAA. Interaksi anatara BAP dan NAA berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas. Media terbaik untuk multipikasi tunas sengon secara in vitro adalah media MS dengan konsentrasi 1 ppm BAP/l media baik kombinasi dengan NAA atau tidak.
Kata Kunci : sengon, BAP, NAA, karat puru, in vitroArtikel teks lengkap
Referensi
Departemen Kehutanan, 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta
Herawan, T dan B. Ismail. 2009. Penggunaan Kombinasi Auksin dan Sitokinin Untuk Menginduksi Tunas Pada Kultur Jaringan Sengon (Falcataria moluccana) Menggunakan bagian Kotiledon. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol 3 No 1 Juli 2009, 23-31.
Khaerudin, 1994. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta
Plant Cell Technology Inc, 2016. Introduction about PPM. http://www.plantcelltechnology.com/about-ppm/. Diunduh 15 Oktober 2016.
Pusat Litbang Hutan Tanaman. 2009. Penyakit Karat Puru Pada Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Teknik Pengendaliannya. Bogor.
Prosea, 1994. Plant Resources of South – East Asia (1) Timber Trees: Commercial Timbers. Bogor – Indonesia.
Rahayu, 1998. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Syatria, N dan Saprinurdin, 2015. Induksi tunas kayu bawang (Protium Javanicum Burm F) pada berbagai konsentrasi Benzyl Amino Purinesecara in vitro. Laporan Penelitian Universitas Bengkulu. 2014
Syatria, N (2017). Penggunaan Plant Preservative Mixture(PPM) untuk Sterilisasi Eksplan dan Media Pada Kultur In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi IV Universitas Gadjah Mada. Program Studi S2/S3 Sekolah Pascasarjana UGM. Hal 257-272.
Santoso, U, dan F. Nursandi, 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah Malang.
Sari, Y.P, D.Susanto dan F. Irawan (2009) Respon Pertumbuhan Tunas Meranti Merah (Shorea seminis) dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh BA (Benzil Adenin) Secara In Vitro. Jurnal Bioprospek Volume 6 N0. II September 2009.
Togatorop, H. 2015. Intensitas Serangan Penyakit Karat Puru Pada Tanaman Sengon Pada ketinggian yang Berbeda di Kepahyang Provinsi Bengkulu. Skripsi Program Studi Kehutanan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Wattimena, I.G. 2004. Penerapan Kultur Jaringan Dalam Mengatasi Kelangkaan Bibit. Pelatihan Peningkatan SDM Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Sistim Pertanian Berkelanjutan. Universitas Andalas. Sumatra Barat.
White, I, L.Oshima dan N.D. Leswara (2007). Antimicrobial Activity and micropropagation of Peperomia tetraphylla. Journal medical and Biological Sciences. Volume 1, Issue 1.
Yelnititis, 2013. Induksi Embrio Somatik Shorea pinanga Scheff pada Kondisi Fisik Media Berbeda. Jurnal Pemuliaan tanaman Hutan vol 7 No 2 September 2013, hal 73-84.
Penulis
An author who publishes in Naturalis agrees to the following terms:
Author retains the copyright and grants the journal the right of first publication of the work simultaneously licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal
The author is able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book) with the acknowledgement of its initial publication in this journal. The author is permitted and encouraged to post his/her work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of the published work (See The Effect of Open Access).
Submission of a manuscript implies that the submitted work has not been published before (except as part of a thesis or report, or abstract); that it is not under consideration for publication elsewhere; that its publication has been approved by all co-authors. If and when the manuscript is accepted for publication, the author(s) still hold the copyright and retain publishing rights without restrictions. Authors or others are allowed to multiply an article as long as not for commercial purposes. For the new invention, authors are suggested to manage its patent before published. The license type is CC-BY-SA 4.0.
Naturalis is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.