Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana relasi kerja antara mandor dengan buruh pemetik teh yang asimetris di PT Perkebunan Sarana Mandiri Mukti di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Dengan menggunakan teknik penentuan informan Snowball Sampling yaitu cara penentuan informan dengan jumlah sampel tidak ditentukan, ketika data yang diberikan informan inti maupun informan tambahan sudah dianggap lengkap maka proses pencarian data dihentikan.Informan inti adalah mandor dan buruh pemetik teh serta informan tambahan yaitu mandor besar. Teori yang dipergunakan adalah teori kesadaran kelas semu yang memunculkan hubungan kerja yang asimetris, penulis menggunakan teori kesadaran kelas semu untuk menganalisis lebih mendalam mengenai relasi kerja yang terjalin antara mandor dengan buruh pemetik teh. Subjek dalam penelitian ini adalah para mandor dan buruh pemetik teh. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang juga bekerja di perkebunan teh Kabawetan yang memiliki informasi pendukung untuk menguatkan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Hubungan kerja yang terjalin antara mandor dan buruh pemetik teh merupakan hubungan kerja yang asimetris atau hubungan yang tidak seimbang. Hubungan kerja yang asimetris (tidak seimbang) itu dapat dilihat dari pola kerja mandor yang lebih ringan dibandingkan dengan pola kerja buruh, akan tetapi upah yang diperoleh mandor justru lebihbesar dibandingkan dengan upah yang diterima oleh buruh pemetik teh, selain itu hubungan asimetris antara mandor dan buruh pemetik teh dapat dilihat dariperlakuan mandor dari perjanjian kerja, pengawasan kerja hingga aktivitas kerja yang membeda-bedakan atau bersikap tidak adil terhadap buruhyang sudah tua dengan buruh pemetik yang masih muda, (2) Hubungan kerja yangasimetris antara mandor dan buruh pemetik teh menimbulkan suatu ketidakadilanbagi buruh pemetik teh, ketidakadilan yang diterima buruh pemetik menciptakansebuah kesadaran kelas semu pada buruh pemetik teh, artinya buruh pemetikmenyadari bahwa keadaan ekonomi yang sulit dan keterbatasan keahlian hidupyang dimiliki, membuat buruh pemetik teh tetap bertahan menjadi seorang buruhpemetik teh yang berada dalam suatu relasi kerja yang asimetris yang terjalindengan mandor.

 

Kata Kunci: Relasi Kerja Asimetris, Mandor, dan Buruh Pemetik Teh

Article Details

How to Cite
Sanjaya, B., Arwani, M. M., & Hanum, S. H. (2019). RELASI KERJA MANDOR DENGAN BURUH PEMETIK TEH (Kasus di PT. Perkebunan Sarana Mandiri Mukti, Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang). Jurnal Sosiologi Nusantara, 2(2), 58–69. https://doi.org/10.33369/jsn.2.2.58-69

References

  1. Abu, Mufakir. 2011. “Perkebunan Teh dan Reproduksi Kemiskinan”. Jurnal Sedane 11(1): 10-20.
  2. Bungin, Burhan. 2001. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
  3. Data dan Arsip PT Perusahaan Sarana Mandiri Mukti 2011 hingga 2016.
  4. Murbyanto, Dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan. Yogyakarta: Aditya Media.
  5. Soepomo, Imam. 2001. Hukum Perburuhan: Bidang Hubungan Kerja. Jakarta: Djambatan.
  6. Sugiono, Muhadi. 2006. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.