Main Article Content

Abstract

The conflict over customary land in Nagari Sungai Kamuyang reflects a complex interplay among various actors, including the Kerapatan Adat Nagari (KAN), local leaders, government officials, and external entities such as investors. This study examines the dynamics between these actors and the impact on the resolution of land disputes. A qualitative approach was used, involving in-depth interviews with key stakeholders, including representatives of KAN, local leaders, government officials, and community members. Secondary data were gathered from relevant documents, reports, and previous studies on customary land conflicts in Minangkabau. The findings reveal a significant power imbalance between the local community and external actors, such as the government and investors. The dualism within KAN has further complicated the conflict resolution process, with competing factions influencing decision-making and contributing to a lack of clarity in enforcing customary laws. The government’s policies often conflict with traditional rights, exacerbating tensions. The community faces increasing pressure from external economic interests, threatening their cultural heritage and social structure. The conflict over customary land in Nagari Sungai Kamuyang illustrates the challenges of balancing traditional rights with pressures from modern development. The duality within KAN and the lack of cohesive support from the government hinder effective conflict resolution. An inclusive approach involving constructive dialogue and recognising customary and modern legal frameworks is crucial for achieving a fair and sustainable resolution. Resolving the customary land conflict in Nagari Sungai Kamuyang requires addressing the power imbalances, bridging gaps between traditional and modern legal systems, and ensuring that community voices are adequately represented in decision-making processes.

Keywords

Conflict, Kerapatan Adat Nagari, Ulayat Land, Village Head.

Article Details

How to Cite
Meldianto, R. P., Jendrius, J., & Miko, A. (2024). Conflict in the Management of Ulayat Land in Nagari Sungai Kamuyang : Conflict in the Management of Ulayat Land in Nagari Sungai Kamuyang . Jurnal Sosiologi Nusantara, 10(2), 313–326. https://doi.org/10.33369/jsn.10.2.313-326

References

  1. Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
  2. Afrizal. (2023). Resolusi Konflik. Jakarta :Raja Grafindo Persada.
  3. Afrizal, Syahputra, Fendi. A., Pikaso, Faruq. El, & Rahmaini, Indah. S. (2023). Institusi Pertanahan Minangkabau dan Perhutanan Sosial Jalan Penyelesaian Konflik Tanah. Andalas University Press.
  4. Black, J. A. C. D. J. (2001). Metode Dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.
  5. Citrawan, F. A. (2020). Konsep Kepemilikan Tanah Ulayat Masyarakat Adat Minangkabau. Jurnal Hukum & Pembangunan, 50(3), 586–602.
  6. Effendi, M. (2021). Dinamika Konflik Tanah Ulayat Masyarakat Adat di Kabupaten Padang Lawas Utara (Studi Kasus Desa Simangambat Jae Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara) . Universitas Sumatera Utara.
  7. Fatimah, T., & Andora, H. (2014). Pola Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Di Sumatera Barat (Sengketa antara Masyarakat dengan Investor). Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 11. https://doi.org/10.30652/jih.v4i1.2085
  8. Hidayah, N., & Yunaldi, W. (2024). Perbedaan Pendapat Penerbitan Sertifikat Hak Pengelolaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Di Nagari Sungai Kamuyang. PALAR (Pakuan Law Review), 10(12), 80–92.
  9. Ihsan, A., & Salim, M. N. (2022). Ulayat Land and Agrarian Reform Policy in West Sumatra. Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 1(2), 155–171.
  10. Indonesia, Provinsi Sumatera Barat, Peraturan Daerah Tentang Tanah Ulayat Dan Pemanfaatannya, Perda No. 16 Tahun 2008, Ps. 1 Ayat (6) Dan (7).
  11. Irmaizar Dt.Rajo Mangkuto. (2024). Wawancara Pribadi.
  12. Isral. (2024). Wawancara Pribadi.
  13. Jamadi. (2024). Wawancara Pribadi.
  14. Marizal, M., Indrianingrum, A. P., & Nugroho, H. R. (2022). Dinamika Pemanfaatan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Untuk Kepentingan Umum di Indonesia. Widya Pranata Hukum: Jurnal Kajian Dan Penelitian Hukum, 4(2), 191–205.
  15. Mawaddah, A., Buana, M. S., & Erlina, E. (2022). Problematika Penatausahaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Di Indonesia. Banua Law Review, 4(2), 140–155.
  16. Miko, A. (Ed. ). (2006). Pemerintahan Nagari dan Tanah Ulayat. Andalas University Press .
  17. Moleong, L. J. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
  18. Nur Adinda, S. (2023). Sengketa Tanah Ulayat Kaum Yang Bersertifikat Dan Penyelesaiannya Di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang (Studi Kasus: Putusan Nomor 98/Pdt. G/2019/Pn. Pdg). Doctoral dissertation, Universitas Andalas.
  19. Putra W, A. (2017). Gambaran Peran Pengurus Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) terhadap Pemberdayaan Masyarakat tentang Kesadaran Hukum Terkait Tanah Ulayat di Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Universitas Negeri Padang.
  20. Radiatul, A. (2024). Perampasan Tanah dan Perlawanan Petani di Nagari Aia Gadang, Nagari Kapa dan Nagari Kinali Pasaman Barat Tahun 1980-2022 . Doctoral dissertation, Universitas Andalas.
  21. Rais, A. (2020). Konflik Tanah Ulayat Antara Anak Nagari Taram Dengan Suku Melayu Nagari Pilubang Di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota . Jurnal Demokrasi Dan Politik Lokal, , 2(1), 31–41.
  22. Ramadhany, V., Mahdi, M., & Khairati, R. (2021). Peran Stakeholder dalam Pengusulan Izin Hutan Nagari di Sumatera Barat (Studi Kasus Hutan Nagari di Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman). Journal of Socio-economics on Tropical Agriculture. Journal of Socio-Economics on Tropical Agriculture (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Tropis) (JOSETA), 3(1).
  23. Sari. (2024). Wawancara Pribadi.
  24. Zulhendri Dt. Sinaro. (2024). Wawancara Pribadi.