Main Article Content

Abstract

Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Meskipun jumlah penduduk di Indonesia ini sangat besar, namun sayang kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih dipandang kurang oleh negara-negara lain. Oleh karena itu masalah stunting merupakan masalah penting yang perlu segera diatasi. Salah satu upaya penanggulangan stunting pada balita adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat dalam rangka peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan penanggulangan stunting serta edukasi dalam pemberian makanan tambahan. Tujuan dari kegiatan KKN ini adalah mahasiswa dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai stunting dan meningkatkan kreativitas masyarakat dalam upaya pencegahan stunting. Metode yang digunakan adalah metode diskusi dan sosialisasi. Keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh penyebab kematian balita di seluruh dunia. Faktor pendidikan ibu rendah memiliki pengaruh secara bermakna terhadap kejadian stunting pada anak dan memiliki risiko mengalami stunting sebanyak 1,67 kali. Faktor pendapatan rumah tangga yang rendah diidentifikasi sebagai predictor signifikan untuk stunting pada balita sebesar 2,1 kali. Faktor sanitasi yang tidak baik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita dan memiliki risiko mengalami stunting hingga sebesar 5,0 kali. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin rendahnya berat badan lahir (BBLR), tingkat pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, dan kurangnya hygiene sanitasi rumah maka risiko balita menjadi stunting semakin besar.

Keywords

Stunting Sosialisasi Faktor Resiko Balita

Article Details

How to Cite
Aswindra, V., Eliza, & Makhrian, A. (2023). SOSIALISASI PENANGANAN STUNTING KEPADA IBU-IBU HAMIL SERTA IBU MENYUSUI. TRIBUTE: JOURNAL OF COMMUNITY SERVICES, 4(1), 84–90. https://doi.org/10.33369/tribute.v4i1.27690

References

  1. Anindita P. (2012). Hubungan tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kecukupan protein & zinc dengan stunting (pendek) pada balita usia 6-35 bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. J Kesehat Masyarakat, 1(2):617–26.
  2. AL-Rahmad AH, Miko A, Hadi A. (2013). Kajian stunting pada anak balita ditinjau dari pemberian ASI Eksklusif , MP-ASI , status imunisasi dan karakteristik keluarga di Kota Banda Aceh. J Kesehat Ilm Nasuwakes, 6(2):169– 84.
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44 (8), 1–200.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Situasi Balita Pendek. ACM SIGAPL APL Quote Quad, 29 (2), 63–76.
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Penilaian Status Gizi.
  6. Laili, U., & Andriani, R. A. D. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan Stunting. Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS, 5(1), 8.
  7. Losong NHF, Adriani M. (2017). Perbedaan kadar hemoglobin , asupan zat besi , dan zinc pada balita stunting dan non stunting. Amerta Nutr., 1(2):117–223.
  8. Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 225–229.
  9. Winarti, R., & Hartati, S. (2020). Pengetahuan Mahasiswa Akper Hermina Manggala Husada Tentang Covid-19 Dan Cara Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik, 1-9.
  10. Zulkifli, M.,& Estiasih. (2014). Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), 170-177.