Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh seleksi berdasarkan berat badan umur 4 mg terhadap sifat reproduksi dan produksi puyuh Generasi 1 dan Generasi 2. Penelitian ini dilaksanakan di kandang unggas Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Materi dasar yang digunakan adalah puyuh lokal jantan asal Payakumbuh dan betina asal Bengkulu. Hasil persilangannya dinamakan puyuh parental yang akan menghasilkan puyuh G1. Pada umur empat minggu puyuh G1 diseleksi berdasarkan berat badan pada umur empat minggu. 60% puyuh betina tertinggi dan 20% puyuh jantan tertinggi digunakan sebagai tetua untuk generasi berikutnya seleksi dilakukan sampai generasi ketiga. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa performa reproduksi puyuh yang diseleksi pada umur empat minggu, fertilitasnya puyuh G1 – G6 lebih dari puyuh parental   91,74% dengan daya tetas 88,50%, rataan berat telur tetas 11,21±0,57g dengan berat tetas 6,53±0,43g. Seleksi juga meningkat performans pertumbuhan, Berat badan puyuh umur 2, 4 dan 6 minggu yang diseleksi umur empat minggu 43,12±5,23; 85,32±6,75 dan 116,34±3,51 dengan pertambahan berat badan umur 2, 4 dan 6 minggu berturut-turut adalah 33,34±4,31; 42,20±4,80 dan 31,02±2,16. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seleksi dapat meningkat performan reproduksi dan produksi pada puyuh.

Keywords

seleksi reproduksi fertilitas daya tetas

Article Details

References

  1. BeBreeder. 2002. Poultry Breeding /Genetics Is purebred the answer. www. uoguelph.ca/cgil/page 8 html, 17 May 2002Bourdon, R.M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice-Hall, Upper Saddle River, N.J.07458.
  2. Bourdon, R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice-Hall. Upper Saddle River, New Jersey, USA.
  3. Falconer, D.S. 1981. Introduction Quantitative Genetics. 2nd Ed. LongmB Group Ltd. London and New York.
  4. Hardjosubroto, P. S. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.
  5. Hardjosubroto, P. S. 2001. Konservasi Ternak Asli. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
  6. Hermawan, A. 2000. Pengaruh bobot dan indeks telur terhadap jenis kelamin anak ayam kampung pada saat menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
  7. Lin, H., H.C. Jiao, J. Buyse and E. Decuypere. 2006. Strategies for preventing heat stress in poultry. World’s Poult. Sci. J. 62: 71-85.
  8. Kaharuddin, D. 1989. Pengaruh bobot telur tetas terhadap bobot tetas, daya tetas, Pertambahan berat badan dan angka kematian sampai umur empat minggu pada puyuh (coturnix-coturnix japonica). Laporan Penelitian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
  9. Kaharuddin, D dan Kususiyah. 2006. Performans sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh asal Yogyakarta, Padang dan Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 1 (1): 21-25.
  10. Kaharuddin, D. 2007. Performans puyuh hasil pembibitan peternakan rakyat di kota Bengkulu, Edisi Khusus, No. 3. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.
  11. Prasetyo, L.H. 2006. Strategi dan peluang pengembangan pembibitan ternak itik. Wartazoa. 16 (3): 109-115.
  12. Reddy R.P. 1996. Symposium: The effect of long-term selection on the growth of poultry. Poultry Sci. 75: 1164-1167.
  13. Sa’diah, I.N., D. Garnida dan A. Mushawwir. 2015. Mortalitas embrio dan daya tetas itik lokal (Anas sp.) berdasarkan pola pengaturan temperatur mesin tetas.J. Poult. Sci. 4(3):1-12.
  14. Suzuki, D.T., A.J.F. Griffiths, J. H. Miller, and R.C. Lewontin. 1989. An Introduction to Genetic Analysis. 4th Ed. WH Freeman and Company, New York.
  15. Suprijatana, E. U., Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Panebar Swadaya, Jakarta.
  16. Warwick, E. J., W. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta