Main Article Content

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang serius. Pengendalian vektor adalah strategi untuk mengurangi insiden infeksi dan mencegah terjadinya wabah. Penularan DBD dapat terjadi di lingkungan sekolah, karena aktivitas menggigit nyamuk vektor DBD adalah siang hari. Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2017 menunjukkan DBD Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu yang merupakan daerah endemis DBD dan lingkungan kampus Universitas Bengkulu (UNIB) yang memiliki angka kesakitan yang tinggi yaitu 143 kasus per 100.000 penduduk dan memiliki angka Case Fatality Rate (CFR) atau yang meninggal sebesar 15,7% terutama penderita adalah usia sekolah. Sosialisasi ini menerapkan berbagai metode belajar, yaitu kuliah interaktif dan praktik survey entomologi. Penyuluhan diikuti oleh 24 orang guru dari 13 sekolah di sekitar lingkungan UNIB dengan latar belakang pendidikan terakhir terbanyak Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 87,5%. Hasil dari kegiatan ini guru dapat menjadi duta di sekolah untuk program pengendalian vektor penyakit DBD untuk mengurangi angka kejadian infeksi dan tingkat keparahan DBD. Kontrol vektor tetap menjadi satu-satunya intervensi yang tersedia untuk mencegah dan mengontrol penularan DBD.

Article Details

How to Cite
Triana, D., Hardiansyah, H., & Taurina, H. (2020). SOSIALISASI PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE SERTA KONTROL VEKTORNYA PADA GURU SEKOLAH SEKITAR UNIVERSITAS BENGKULU. Dharma Raflesia : Jurnal Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS, 18(1), 71–76. https://doi.org/10.33369/dr.v18i1.10913

References

  1. Arslan, A., Rathor, H. R., Mukhtar, M. U., Mushtaq, S., Bhatti, A., Asif, M., et al. (2016). Spatial Distribution and Insecticide Susceptibility Status of Aedes aegypti and Aedes albopictus In Dengue Affected Urban Areas of Rawalpindi, Pakistan. J Vector Borne Dis., 53:136-143.
  2. CDC. (2012). Mosquito Life-Cycle. Centers for Disease Control and Prevention, USA:1-2.
  3. Depkes RI. (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Ditjen P2M&PL Depkes RI, Jakarta: 1-10.
  4. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2016. Bengkulu: 25-57.
  5. Hoedojo, R. and Sungkar, S. (2013). Morfologi, Daur hidup dan Perilaku Nyamuk. In: Sutanto, I., Ismid, I. S., Sjarifuddin, P. K., Sungkar, S. (Ed): Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Press, Jakarta: 250-265.
  6. Kamgang, B., Marcombe, S., Chandre, F., Nchoutpouen, E., Nwane, P., Etang, J., et al. (2011). Insecticide Susceptibility of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Central Africa. Par & Vec., 4: 79-86.
  7. Kemenkes RI .(2016). INFODATIN (Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia). Jakarta Selatan.
  8. Lima, E. P., Paiva, M. H. S., de Araújo, A. P., da Silva, E. V. G., da Silva, U. M., de Oliveira, L. N., et al. (2011). Insecticide Resistance In Aedes aegypti Populations from Ceará, Brazil. Par & Vec., 4: 1-12.
  9. Soedarmo, S. S. P. (2009). Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.
  10. Sukowati, S. (2010). Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, 2; 26–30.
  11. WHO. (2011). Comprehensive Guidline For Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. (WHO, Ed.). New Delhi: WHO Regional Publication.
  12. WHO. (2012). Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012–2020. (WHO, Ed.). New Delhi: WHO Regional Publication.