Main Article Content

Abstract

Pada bulan Desember, 2019, serangkaian kasus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui muncul di Wuhan, Hubei, Cina, dengan gambaran klinis sangat menyerupai virus pneumonia. Setelah dilakukan uji laboratorium menunjukkan adanya virus baru, yang diberi nama COVID-19. Jumlah kasus terus tumbuh secara eksponensial menyebabkan WHO mengingatkan semua negara untuk melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian yang kuat agar dapat menghentikan penyebaran virus ini. Sejauh ini, belum ditemukannya obat spesifik untuk penyembuhan infeksi COVID-19. Terapi yang digunakan hanyalah menghilangkan gejala yang muncul dengan meningkatkan imunitas penderita. Potensi peningkatan imunitas dari jamu dapat diperoleh dari tanaman obat keluarga (TOGA). Tanaman obat dapat meningkatkan kekebalan tubuh, karena bersifat pencegahan (preventif) dan promotif melalui kandungan metabolit sekunder contohnya seperti gingiro pada jahe dan santoriso pada temulawak yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan observasi mahasiswa UNIB dan masyarakat di Kelurahan Pematang Gubernur, Kecamatan Muara Bangkahulu RT. 22, masih membutuhkan jamu sebagai pencegahan terhadap penyebaran virus COVID-19

Article Details

How to Cite
Pertiwi, R., Notriawan, D., & Wibowo, R. H. (2020). Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Meningkatkan Imunitas Tubuh sebagai Pencegahan COVID-19. Dharma Raflesia : Jurnal Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS, 18(2), 110–118. https://doi.org/10.33369/dr.v18i2.12665

References

  1. Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Palembang: Salemba Medic.
  2. Anonim. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia I, Jilid 2. (hal 313-314). Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan DepKes RI.
  3. Anonim. (2007). Buku Pintar.Tanaman Hias. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
  4. Arzani, M., N., dan Riyanto, R. (1992). Aktifitas antimikrobia minyak atsiri daun beluntas, daun sirih, biji pala, buah lada, rimpang bangle, rimpang serei, rimpang laos, bawang merah dan bawang putih secara in vitro”. Yogyakarta: Laporan Penelitian. Fakultas Farmasi UGM
  5. Dalimartha, Setiawan. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
  6. Evans, W,C. (2002). Pharmakognosi, Edisi 15. Philedelphia :W.B Sanders.
  7. Kihuzaki, H., dan Nakatani, N. (1993) Antiotidant Effect Of Some Ginger Constituents, J, Food Sci, 58 (6).
  8. Kurniawati, N. (2010). Sehat dan Cantik Alami Berkasiat Bumbu Dapur. Bandung: Mizan Pustaka.
  9. Pramana, Cipta. (2020). Siapkah Dokter menghadapi Pandemi akibat Covid-19. Doi 10.13140/RG.2.2.35338.62402.
  10. Salim, Zamroni. dan Munadi, Ernawati. (2017). Info Komoditi Tanaman Obat. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
  11. Simpson, M,G. (2006). Plant Systematics. London: Elsevier Academic Press Dubivation.
  12. Suranto, A. (2004). Khasiat & Manfaat Madu Herbal. Tangerang: Penerbit Agromedia Pustaka.
  13. Syukur, C., O. Rostiana, S. Fatimah Syahid dan L. Udarno. (2006). Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan plasma Nutfah Kunyit (Curcuma domestica Valh.). Petunjuk Pelaksanaan Plasma Nutfah Tanaman Perkebunan. (Hal.258-272). Jakarta: Puslitbang Perkebunan.
  14. Tilaar, M. (1998). Pandangan Industri Obat Tradisional Terhadap Penyediaan Simplisia Tanaman Obat dari Hasil Budidaya, Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.