Main Article Content

Abstract

Damage to mangrove forests should be stopped by holding conservation activities, even restore to reorganize. These activities not only protect and preserve the species as well as providing a tourist attraction (ecotourism) but should also serve to improve the socio-economic conditions of the surrounding community in the context of sustainable development. This paper is to explain the problems of environmental degradation, especially the large-scale exploitation of mangrove forests in the region of Tanjung Api-Api Reclamation, Banyuasin regency of South Sumatra province. The method used is a review of research papers and reports on Reclamation area of Tanjung Api-Api and management of Special Economic Zones (SEZ). Reclamation activities Tanjung Api-Api is basically not recommended because it lowers the quality of mangrove Environment and Watershed Musi, but the public interest by taking into account all the benefits that this can be continued reclamation of origin according to applicable regulations and pay attention to aspects related impact and benefits. Damage to ecosystems due to reclamation Tanjung Api-Api quite alarming, therefore it is necessary to the recovery through the restoration of mangrove forest and watershed restoration Musi integrated. Ecological restoration is expected to restore the function and role of the mangrove ecosystem and watershed Musi.

Keywords

mangrove forests reclamation restoration and sustainable development

Article Details

How to Cite
Reflis, R. (2017). REKLAMASI DAN RESTORASI EKOLOGI KAWASAN TANJUNG API – API PROVINSI SUMATERA SELATAN. Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 16(1), 57–70. https://doi.org/10.31186/jagrisep.16.1.57-70

References

  1. Alikodra, H.S. 1999. Implementasi Konservasi Hutan Mangrove di Indonesia. Makalah pada Raker Pengelolaan Pesisir dan Hutan di Indonesia yang diselenggarakan pada 18 Mei 1999 oleh Direktorat Jenderal Bangda Depdagri. Jakarta
  2. Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Potensi Investasi Provinsi Sumatera Selatan. Palembang
  3. Basri, H. Dan Kasuri, A.R. 2013. Rencana Restorasi Rawa Wetland Restoration Plan. Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh
  4. Basyuni, M.2002 Panduan Restorasi Mngrove Yang Rusak (Degrated). Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan-Universitas Sumatera Utara. Medan
  5. Huda M.C. 2013. Pengaturan Perizinan Reklamasi Pantai Terhadap
  6. Perlindungan Lingkungan Hidup. Jurnal Perspektif. XVIII (2) Tahun 2013 Edisi Mei. Surabaya.
  7. Indira M. Dan Birowo. M.A. 2013. Analisis Isi pada Berita Lingkungan dalam Pemberitaan Kasus Reklamasi Teluk Benoa Bali. Objektivitas Beritalingkungan Hidup di Surat Kabar. Surat Kabar Bali Post Periode 27 Juni 2013 – 18 Agustus 2013). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta
  8. Mitsch, W.J., and Gosselink, J. G. 2011. Wetlands. Ecological Studies, 190, John Wiley & Sons.
  9. Nazami, Hairani dan Indrayati, 2012. Prospek Pengembangan Penataan Lahan Sistem Surjan di Lahan Rawa Pasang Surut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). Jurnal Agrovigor 5(2):113 – 120. Banjar baru. Palembang Pos. 2013. Percepat Pembebasan Lahan. Harian Palembang Pos Monday, 06 May 2013; Palembang.
  10. Palembang Pos. 2014. Pemerintah Menetapkan II Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palembang
  11. Soegiarto, A. 2004. The Mangrove Ecosystem in Indonesia : Its Problems and Management in H.J. Teas (ed). Physiology and Management of Mangrove. W. Jung Publishers, The Hague. P69 - 78.
  12. Soemodihardjo, S., R. Ongkosono, & A. Abdullah. 2006. Diskusi Panel Daya guna dan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove. Panitia Program MAB Indonesia – LIPI. Proyek Penelitian Lingkungan Hidup. P17 - 22.
  13. Suganda, E. Yatmo,Y.A. dan Atmodiwirjo P. 2009. Pengelolaan Lingkungan dan kondisi Masyarakat Pada Wilayah Hilir Sungai. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. 13(2) 143 – 153.
  14. Suriadikarta, D.A. 2009. Pembelajaran Dari Kegagalan Penanganan Kawasan PLG Sejuta Hektar Menuju Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan . Balai Penelitian Tanah. Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 6 Agustus 2009. Bogor.
  15. Suweda I.W. 2013. Analisa Dampak Bangkitan Lalu Lintas Terhadap Rencana Kawasan Reklamasi Teluk Benoa Bali. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7).Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta. 24-26 Oktober 2013
  16. Waryono, T. 2002. Konsep Restorasi Ekologi Kawasan Penyangga Sempadan Sungai Di DKI Jakarta. Seminar Nasional Evaluasi Pasca dan Rancang Tindak Penanggulangan Banjir Wilayah Perkotaan. Kedutaan Belanda (Kuningan Jakarta), 12 Juni 2002, Kerjasama Dept. Kimpraswil, Masyarakat Air Indonesia, dan Kedutaan Belanda. Jakarta
  17. Widjanarko,A. 2013. Arah Dan Kebijakan Pembangunan Nasional Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman. Sebagai Kuliah Umum Karya Siswa Beasiswa Pendidikan dan Vokasi Tahun 2013. Kerjasama Kementerian PU & Mitra Perguruan Tinggi Sekretaris Jenderal Kementerian PU Republik Indonesia. Jakarta
  18. Woinarski L.2002. Pulau Serangan: Dampak Pembangunan pada Lingkungan dan Masyarakat. Universitas Muhamadiyah Malang kerjasama dengan Australian Consotium For In-Country Indonesian Studies. Malang.
  19. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN
  20. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990. Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
  21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012, Tentang Reklamasi Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
  22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007. Modul Terapan Pedoman Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
  23. Peraturan Presiden No. 51. (2014). Tentang Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api- Api

Most read articles by the same author(s)