Main Article Content

Abstract

Pulau Sulawesi sangat rawan akan terjadinya gempabumi. Hal ini disebabkan oleh bertemunya tiga lempeng tektonik, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Filipina, dan Lempeng Indo-Australia. Di Sulawesi bagian utara juga terdapat lempeng mikro yakni Lempeng Laut Sulawesi, akibat dari pergerakan Lempeng Laut Sulawesi tersebut maka terbentuklah zona subduksi atau zona penunjaman. Zona subduksi pada Lempeng Laut Sulawesi tersebut yang dikenal dengan nama Megathrust Sulawesi Utara. Jika terjadi gempabumi dengan magnitudo yang sangat besar terjadi di Zona Megathrust Sulawesi Utara yang berpotensi terjadinya tsunami, maka perlu dibuat estimasi ancaman tsunami dengan menggunakan TOAST untuk mengetahui permodelan simulasi tsunami yang menghasilkan informasi-informasi penting seperti waktu tiba tsunami, lokasi-lokasi yang berpotensi tsunami dan ketinggian maksimum tsunami akan terjadi sebagai upaya mitigasi bencana. Kemampuan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk membentuk resiliensi masyarakat yang berpotensi terdampak, khususnya dalam menghadapi ancaman bencana tsunami di Zona Megathrust Sulawesi Utara. Dengan demikian, risiko bencana tersebut dapat dikurangi atau ditekan.

Article Details

How to Cite
Kurniawan, W., Bangun, E., & Prakoso, B. (2021). Estimasi Ancaman Tsunami di Zona Subduksi Sulawesi Bagian Utara Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Tsunami. PENDIPA Journal of Science Education, 5(2), 204–209. https://doi.org/10.33369/pendipa.5.2.204-209

References

  1. BMKG. (2010). Konsep dan implementasi InaTEWS. Jakarta: BMKG.
  2. Global Earthquake Monitoring Processing Analysis. TOAST. Diunduh di https://www.gempa.de/products/toast/ tanggal 25 Desember 2020].
  3. Hall, R & Wilson, M. E. J. (2000). Neogen Sutures in Eastern Indonesia, Journal of Asian Earth Science 18, SE Asia Research Group, Department of Geology, Royal Holloway University of London, United Kingdom.
  4. Maarif, Syamsul. (2012). Pikiran dan gagasan penanggulangan bencana di Indonesia: membangun masyarakat tangguh menghadapi bencana sebagai antisipasi ancaman gempabumi. Jakarta: BNPB.
  5. Setiyono, Urip. (2018). Buku katalog gempabumi signifikan dan merusak 1821-2017. Jakarta: BMKG.
  6. Socquet, A., Simons, W., Vigny, C., McCaffrey, R., Subarya, C., Sarsito, D., Ambrosius, B. and Spakman, W., (2006). Microblock rotations and fault coupling in SE Asia triple junction (Sulawesi, Indonesia) from GPS dan earthquake slip vector data. Journal of Geophysical Research: Solid Earth, 111(B8).
  7. Tim Pusgen. (2017). Buku peta sumber dan bahaya gempa Indonesia tahun 2017. Bandung: Litbang Perumahan dan Pemukiman Kementerian PUPR.
  8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
  9. Wahyu, R. O., Djamaluddin, R., Gybert, E., Mamuaya., Tatok Yatimantoro., dan Priyobudi. (2018). Pemodelan inundasi tsunami di sepanjang pesisir Kota Manado akibat gempabumi m8,5 di zona subduksi Sulawesi Utara. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 19(1), 13-18.