Main Article Content

Abstract

Community Acquired Pneumonia (CAP) menurut IDSA adalah infeksi akut parenkim paru yang ditandai dengan adanya cairan paru pada foto toraks atau terdeteksinya perubahan suara nafas dan atau ronki basah lokal bila pemeriksaan fisik paru  konsisten dengan pneumonia pada pasien yang belum dirawat di rumah sakit atau tempat perawatan kesehatan lainnya dalam waktu 1 hari sejak timbulnya gejala. Pneumonia yang didapat dari komunitas telah menunjukkan perbaikan klinis dalam 72 jam pertama setelah penggunaan antibiotik awal. Pada penelitian ini antibiotik yang digunakan adalah seftriakson tunggal dan seftriakson dengan antibiotik kombinasi lain sebagai terapi pengobatan pneumonia komunitas yang dilakukan di RS X tahun 2020. Berdasarkan data di RS X, pasien dengan penderita pneumonia komunitas lebih dominan diderita oleh pasien perempuan. Pengobatan pada pneumonia komunitas bertujuan untuk membandingkan penggunaan antibiotik menggunakan Cost Effectiveness Analysis (CEA). Kategori outcome yang dibandingkan dari hasil penelitin ini adalah berdasarkan kondisi pasien saat pulang, biaya medik langsung dan lama perawatan. Berdasarkan hasil Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) yang menggunakan terapi antibiotik seftriakson tunggal lebih rendah sebesar Rp. 281.113/hari dengan lama perawatan 4 hari dan pasien dengan terapi seftriakson dengan antibiotik kombinasi lain lebih tinggi sebesar Rp. 720.276/hari dengan lama perawatan 3 hari. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi antibiotik yang lebih cost effectiveness adalah dengan menggunakan terapi seftriakson tunggal dibandingkan dengan terapi seftriakson dengan antibiotik kombinasi lain. 

Article Details

How to Cite
Hastuti, S., Islam, Z., Amaliah, Z., & Ruskar, D. (2022). Perbandingan Analisis Biaya Penggunaan Antibiotik Seftriakson Tunggal Dengan Kombinasi Antibiotik Lain Pada Pasien Pneumonia Komunitas. PENDIPA Journal of Science Education, 6(2), 394–403. https://doi.org/10.33369/pendipa.6.2.394-403

References

  1. AF, A. (2011). Farmakoekonomi Pisau Analisis Terbaru Dunia Farmasi. (C. Gautama,Ed.). Jakarta: Samitra Media Utama.
  2. Andayani, T. M. (2013). Farmakoekonomi prinsip dan metodologi. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
  3. Balitbangkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Retrieved 21 December 2021 from https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil
  4. Riskesdas 2013.pdf
  5. Depkes RI. (2009). Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
  6. Depkes RI. (2013). Pharmaceutical Care untuk penyakit infeksi saluran pernafasan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
  7. Irawan, R., Reviono, R., & Harsini, H. (2019). Correlation Between Copeptin and PSI with Intravenous to Oral Antibiotic Switch Theraphy and Length of Stay in Community-Acquired Pneumonia. Jurnal Respirologi Indonesia, 39(1), 44–53. Retrieved from https://doi.org/10.36497/jri.v39i1.40
  8. Katarnida, S. S., Murniati, D., & Katar, Y. (2016). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara Kualitatif di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta. Sari Pediatri, 15(6), 369–376. Retrieved from https://doi.org/10.14238/sp15.6.2014.369-76
  9. Kuswandi. (2019). Resistansi Antibiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  10. Lorensia, A. (2018). Buku Ajar Farmakoekonomi: Menghadapi Tingginya Lonjakan Biaya Pengobatan Yang Mengancam Kestabilan Perekonomian. Surabaya: CV M-Brother.
  11. Mandell, L. A., Wunderink, R. G., Anzueto, A., Bartlett, J. G., Campbell, G. D., Dean, N. C., … Whitney, C. G. (2007). Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on the management of community-acquired pneumonia in adults. Clinical Infectious Diseases, 44(SUPPL. 2). Retrieved 22 December 2021 from https://doi.org/10.1086/511159
  12. Monica, S., Irawati, S., & Setiawan, E. (2018). Kajian Penggunaan, Ketepatan, dan Biaya Antibiotik pada Pasien Rawat Inap Anak di Sebuah Rumah Sakit Umum di Surabaya. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 7(3), 194–208.
  13. Nalang, A. (2018). Analisis efektivitas biaya (cost effectiveness analysis) pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik seftriakson dan sefotaksim di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. PHARMACON, 7(3). Retrieved from https://doi.org/10.35799/pha.7.2018.20599
  14. PDPI. (2014). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia (2nd ed.). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
  15. PDPI. (2020). Press Release “Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Outbreak Pneumonia di Tiongkok.
  16. Rusmini, H. (2016). Gambaran penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia dengan menggunakan metode Gyssens di rawat inap rumah sakit umum daerah (RSUD) H. Abdul Moeloek Tahun 2015. Jurnal Medika Malahayati, 3(2), 61–64. Retrieved from https://doi.org/10.33024/jmm.v3i2.2009
  17. Sari, I. P., Nuryastuti, T., Asdie, R. H., Pratama, A., & Estriningsih, E. (2017). Perbandingan Pola Terapi Antibiotik pada Community- Acquired Pneumonia (CAP) di Rumah Ssakit Tipe A dan B. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 7(4), 168–174.
  18. Setiawan, D., Endarti, D., & Suwantika, A. (2017). Farmakoekonomi modeling. Purwokerto: UM Purwokerto Press.
  19. T Yoga Artha Pranaya, T. (2014). Hubungan Paparan Kabut Asap Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Usia 3-8 Tahun di Ruangan INAP Anak di RSUD ARIFIN ACHMAD Pekan Baru Tahun 2014. STIKes PERINTIS PADANG. Retrieved from https://doi.org/10.15416/ijcp.2018.7.3.194
  20. Ulfa, C. F., Supadmi, W., Perwitasari, D. A., & Yuniarti, E. (2021). Correlation Between Appropriateness Prescribing Antibiotics and Clinical Improvement on Hospitalized Patients with Community Acquired Pneumonia Based on The Gyssens Method. JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, 19(1), 30–38.