Main Article Content

Abstract

ABSTRACT

This study aimed to evaluate the performance, carcass quality, and the percentage of organs in ducks, Manila duck and tiktok. This study used a completely randomized design with 3 treatments and 6 replications in each treatment. The three species used as treatments were Mojosari duck, Manila duck and tiktok. At 2 weeks of age, each species was kept in individual battery cages until 10 weeks of age. The feed used contained 18% protein and 2992 kcal/kg energy. After 10 weeks of age, 6 samples were taken from each treatment for data collection. The variables measured were the percentage of carcass and carcass parts, meat bone ratio, percentage of internal organs, abdominal fat, breast meat protein, breast meat fat, breast meat cholesterol, coocking loss and drip loss. The results showed that species had no significant effect (P>0.05) on feed intake and coocking loss, but had significantly (P<0.05) effect on weight gain, feed conversion ratio, carcass percentage and carcass parts, meat bone ratio, abdominal fat, breast fat, breast meat cholesterol, percentage of internal organs and drip loss. It can be concluded that the performance of Manila ducks was better than Mojosari ducks and tiktok. The carcass percentage and drip loss of tiktok was higher than Manila ducks and Mojosari ducks. Manila ducks contained lower abdominal fat, meat fat and cholesterol, but relatively contained the same meat protein.

Key words: Performance, carcass quality, fat, cholesterol, Mojosari duck, Manila duck, tiktok

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa, kualitas karkas, dan persentase organ dalam Itik, Entok dan Tiktok. Penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan pada setiap perlakuan. Tiga spesies yang digunakan sebagai perlakuan adalah Itik Mojosari, Entok dan Tiktok. Pada umur 2 minggu, masing-masing spesies dipelihara pada kandang batterai individu sampai umur 10 minggu untuk diambil data performanya. Pakan yang digunakan mengandung protein 18 % dan energi 2992 kkal/kg. Setelah umur 10 minggu, masing-masing perlakuan diambil sampel sebanyak 6 ekor untuk pengambilan data persentase karkas dan bagian-bagian karkas, meat bone ratio (MBR), persentase organ dalam, lemak abdomen, protein daging dada, lemak daging dada, cholesterol daging dada, coocking loss dan drip loss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, dan coocking loss, tetapi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan berat badan, konversi ransum, persentase karkas dan bagian-bagian karkas, MBR, lemak abdomen, lemak daging dada, cholesterol daging dada, persentase organ dalam dan drip loss. Dapat disimpulkan bahwa performa Entok lebih baik dibanding Itik dan Tiktok. Persentase karkas dan drip loss Tiktok lebih tinggi dibanding Itik dan Entok. Entok mengandung lemak abdominal, lemak daging dan kolesterol daging yang lebih rendah, tetapi mengandung protein daging relative sama dengan Itik dan Tiktok.

Kata kunci: Performa, mutu karkas, lemak, cholesterol, itik, entok, tiktok

Keywords

Performa mutu karkas lemak cholesterol itik entok tiktok

Article Details

References

  1. A.O.A.C. 1990. Official Methodes of Analysis. Association of Official Analytical Chemist, Inc., Arlingtong. Virginia.
  2. Bakrie, B., Suwandi, dan L. Simanjuntak. 2005. Prospek pemeliharaan terpadu tiktok dengan padi, ikan dan azolla di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Wartazoa. 15(3):128-135.
  3. Brahmantiyo, B., L. H. Prasetyo, A. R. Setioko dan R. H. Mulyono. 2003. Pendugaan jarak genetik dan faktor peubah pembeda galur itik (Alabio, Bali, Kaki Cambell, Mojosari dan Pegagan) melalui analisismorfometrik. JITV. 8(1): 1-7.
  4. Damayanti, A. P. 2006. Kandungan protein, lemak daging dan kulit itik, entog dan Mandalung umur 8 minggu. J. Agroland. 13(3): 313-317.
  5. Dijaya, A. S. 2003. Penggemukan Itik Jantan Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
  6. Hehanussa, S. Ch. H., T. N. Ralahalu dan C. C. Latupeirissa. 2018. Kinerja produksi dan kualitas karkas itik yang diberi ransum mengandung sagu. Agritekno, Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Pattimura.
  7. Ismoyowati, N. Iriyanti, and S. A. Santosa. 2012. The differences of physical, chemical and fatty acid profile of meat quality of male Muscovy (Cairina moschata) and local duck (Anas plathyrinchos). J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 37(4):250-256
  8. Johari, S., N. D. Kusumadani and E. Kurnianto. 2013. Multivariate Analysis of the morphological traits of female duck, Muscovy-duck, and mule-duck. J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 38(3):143-148.
  9. Nahm, K. H. 1992. Practical guide to feed, forage and water analysis : accurate analysis with minimal Equipment, Yoo Han Pub, Seoul. Korea Republic.
  10. Sari, M. 2002. Pertumbuhan komparatif Mandalung keturunan entok itik dan itik entok secara alometris. Tesis. PPS IPB.
  11. Setioko, A. B. 2003. Keragaan itik Serati sebagai itik pedaging dan permasalahannya. Wartazoa. 13(1):14-21.
  12. Sheridan, A. K. 1986. Selection for heterosis from reciprocsl cross population: Estimation of the F1 heterosis and its mode of inheritance. British Poultry Sci. 27 (541-550).
  13. Simanjuntak, L. 2002. Mengenal lebih dekat tiktok unggas pedaging hasil persilangan itik dan entok. Agro-Media Pustaka. Jakarta.
  14. Soeparno, R.A. Rihastuti, Indratiningsih, dan S. Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
  15. Summers, J.D. 2004. Broiler carcass composition. Guelph (US) : Poultry Industry Council for Research and Education.
  16. Suparyanto, A. 2005. Peningkatan produktivitas daging itik Mandalung melalui pembentukan galur induk. Disertasi. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
  17. Suryana. 2008. Peluang dan kendala pengembangan itik Serati sebagai penghasil daging. Jurnal Litbang Pertanian. 27(1):24-30)
  18. Warwick, E. J., J. M. Astuti, an W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press.Yogjakarta.