Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama umur simpan dan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk biofarmaka (balsem, salep dan obat cair). Variabel pengamatan dalam penelitian ini meliputi uji fungi, uji keamanan produk, pengamatan umur simpan, dan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk biofarmaka. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Bengkulu. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan uji fungi, uji keamanan dan umur simpan produk dianalisa secara deskriptif sedangkan untuk tingkat penerimaan konsumen dilakukan dengan uji penerimaan atau uji hedonik, uji penerimaan konsumen ini melibatkan 10 orang mahasiswa Unib  dan 15 orang dari masyarakat Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerimaan konsumen terhadap jenis produk yang paling disukai adalah produk balsem dengan jumlah persentase sebesar 94%, sedangkan produk pilihan kedua adalah salep dengan jumlah persentase 87,6% dan diikuti oleh produk obat cair 77,6% sebagai produk pilihan ketiga sedangkan lama umur simpan terhadap masing-masing produk biofarmaka lebih dari satu bulan untuk produk balsem, salep dan obat cair dengan dosis 5% dan 10%. Sedangkan dengan dosis 1% untuk produk obat cair hanya mampu bertahan dengan umur simpan selama 23 hari untuk ulangan pertama dan 24 hari untuk ulangan kedua dan ketiga

Keywords

Umur Simpan Bio Farmaka Teripang Pasir

Article Details

How to Cite
Dewi, K. H., Susanti, L., Silsia, D., & Irawanto, I. (2011). PENDUGAAN UMUR SIMPAN DAN TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN PADA PEMBUATAN PRODUK BIOFARMAKA BERBASIS TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) SEBAGAI ANTI FUNGI. Jurnal Agroindustri, 1(2), 91–97. https://doi.org/10.31186/j.agroindustri.1.2.91-97

References

  1. Aryantina. 2002. Ekstraksi Komponen Antibakteri dari Teripang dan Pengujian Aktivitasnya sebagai Antibakteria. [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
  2. Clark, F.W.E, and Rowe. 1971. Monograph of Shallow Water Indo West Pacific Echinoderms, Trustees of British Museum, London.
  3. Dahuri., R. 2005. Menggali Bahan Baku Obat di dalam Laut. Departemen Perikanan dan Kelautan. http//www/dkp [3 Feb 2005].
  4. Fredalina, B. H.. 1998. Fatty acid compositions in local sea cucumbers. Stichopus Cloronotus, for wound healing. General Pharmacol. (44): 337-34.
  5. Kerr, A.M. 2000. Holothuroidea: Sea Cucumber. http://holothuroidea. Htm 26 Feb 2004.
  6. Kumar, R., Ashok KC, Praveen KS dan Vijai L. 2006. Actifungal Activity in Triterpen Glycosides from The Sea Cucumber Actinopyga lecanora. Bioorganic and Medical Chemistry Letters.17:4387-4391. http://sciencedirect.com 20 Juli 2007.
  7. Reina, A., 2004. Sea Cucumber a Promosing Mainstay Commodity. Program OGB Indonesia.