Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan lama bunting dan litter size kelinci NZW baik yang dikawinkan secara alami maupun inseminasi buatan. Penelitian ini menggunakan 32 kelinci betina dan 2 kelinci jantan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem perkawinan secara alami dan inseminasi buatan. Parameter yang diamati adalah lama bunting dan litter size. Penelitian ini menggunakan analisis independent sample t-test dan mann whitney u-test. Analisis ndependent sample t-test digunakan untuk mengetahui pengaruh sistem perkawinan terhadap lama bunting dan litter size, serta untuk mengetahui pengaruh status fisiologis kelinci terhadap lama bunting dan litter size kelinci NZW yang dikawinkan secara alami. Analisis Mann whitney u-test digunakan untuk mengetahui pengaruh status fisiologis kelinci terhadap lama bunting dan litter size kelinci NZW yang dikawinkan secara inseminasi buatan. Hasil menunnjukkan bahwa perbedaan sistem perkawinan tidak memberikan pengaruh secara nyata (P>0,05) terhadap lama bunting dengan rata-rata 31,70 hari dan litter size kelinci NZW dengan rata-rata 4,32 ekor. Pada perkawinan secara alami, ststus fisiologis kelinci dara dan induk tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap lama bunting dengan rata-rata 31,60 hari dan litter size dengan rata-rata 4,89 ekor. Pada perkawinan secara inseminasi buatan, status fisiologis kelinci dara dan induk tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap lama bunting dengan rata-rata 31,88 hari, tapi memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap litter size dengan rata-rata 2,50-5,00 ekor.

Keywords: Kelinci NZW, Lama Bunting, Litter size

Article Details

How to Cite
Utami, P., Samsudewa, D., & Lestari, C. (2019). Pengaruh Perbedaan Sistem Perkawinan terhadap Lama Bunting dan Litter Size Kelinci New Zealand White. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(1), 70–74. https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.1.70-74

References

  1. Cheeke, P.R., N. M. Patton, S. D. Lukefar, dan J. I. Mcnitt. 1987. Rabbit Production, Edisi 8. The Interstate Printers & Publisher, United State America.
  2. Eusebio, J. A. 1978. Pig Production in the Tropics, Cetakan 1. Longman Group Ltd, Hongkong.
  3. Hafez, E.S.E. 1970. Rabbit, In: E.S.E. Hafez ed. Reproduction and Breeding Tecnique for Laboratory Animals. Lea & Febiger, Philadelphia.
  4. Hammond, J. 1925. Reproduction in the Rabbit, pp 40 and 70. Oliver and Boyd, Edinburgh.
  5. Lebas, F., P. Coudert, H. De Rochambeau, and R. G. Thebault. 1997. The Rabbit, Husbandry, Health and Production, New Revised Version. Food and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.
  6. Lestari, S. 2013. Profil kualitas semen segar sapi pejantan limousin dengan umur yang berbeda di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1165 – 1172.
  7. Lheukwumere, F. C. 2008. Effect of mixed feeding on litter performance traits of rabbit does. Pakistan Journal of Nutrition 7(4): 594-596.
  8. Minarti, Sri. 2010. Potensi litter size kelinci dengan penyuntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) pada level pakan tradisional. JIIPB 20 (1): 92-97.
  9. Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah, Cetakan 1. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.
  10. Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara, Jakarta.
  11. Purnama, R. D. 2000. Pola Reproduksi pada Kelinci. Dalam: Temu Teknis Fungsional non Peneliti: 99-104.
  12. Rhodes, M. T., D. L. Davis, E. S. Stevenson. 1991. Flushing and altrenogest affect litter trait in gilf. J. Anim. Sci 69: 34-40.
  13. Saptono, H. S. 2012. Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi)
  14. Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>