Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tampilan vulva saat berahi sapi perah pada umur yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 32 ekor sapi perah yang minimal satu kali bunting dan berhasil partus dengan umur 2 tahun (n = 2), 3 tahun (n = 18), 4 tahun (n = 8) dan 5 tahun (n = 4). Sapi perah disinkronisasi menggunakan hormon Prostaglandin F2? sebanyak 50 mg/ekor. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang dan lebar vulva sebagai data kebengkakan dan termometer klinis digunakan untuk mengukur suhu vulva serta penilaian skoring pada pengamatan warna vulva. Pengambilan data dilakukan pada jam ke 48, 72, 78, 84 , 90, 120, 144 dan 408 setelah ternak diberikan perlakuan injeksi hormon. Data yang diperoleh dianalisis secara non parametrik menggunakan Kruskal-Wallis H-Test, jika ada efek yang signifikan kemudian diuji lanjut menggunakan Mann-Whitney U Test dengan Statistical Package for the Social Science (SPSS) 21. Hasil analisis statistik terhadap kebengkakan vulva terdapat perbedaan pada pengamatan jam ke 120 (P<0,05., ?2 = 9,943) dan suhu vulva terdapat perbedaan pada pengamatan jam ke 84 (P<0,05., ?2 = 8,37). Namun, pada warna vulva tidak terdapat perbedaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan perubahan tampilan vulva dari masing-masing umur yang diamati.

Article Details

How to Cite
Akbar, F. A., Samsudewa, D., & Ondho, Y. S. (2020). Tampilan Vulva Sapi Perah yang Disinkronisasi dengan Hormon Prostaglandin pada Umur yang Berbeda. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 15(1), 91–97. https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.1.91-97

References

  1. Afiati, F., Herdis dan S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya, Jakarta.
  2. Agustina, T. 2016. Outlook Susu. Pusat Data dan Sistem Pertanian Subsektor Peternakan Kementrian Pertanian, Jakarta.
  3. Bafirman, H. B. 2013. Kontribusi fisiologi olahraga mengatasi resiko menuju prestasi optimal. J. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 3(1): 41-47.
  4. Cunningham, J. G., dan B.G. Klein.2007. Veteriner Physiology. Saunders Elsevier, Missouri.
  5. Kyle, B., A. Kennedy dan J. Small. 1998. Measurement of vaginal temperature by radiotelemetry for the prediction of estrus in beef cows. J. Theriogenology 49: 1437-1449.
  6. Marbun, E. M. A., dan M. Restuati. 2015. Pengaruh ektrak etanol daun buas-buas (premna pubescens blume) sebagai antiinflamasi pada edema kaki tikus putih (Rattus novergicus). J. Biosans. 3(1): 107-112.
  7. Mushawwir, A., dan D. Latipudin. 2011. Beberapa parameter biokimia darah ayam ras petelur fase grower dan layer dalam lingkungan “upper zonathermoneutral”. J. Peternakan Indonesia. 13(3): 191-198.
  8. Prayitno, D. S., dan Sugiharto. 2015. Kesejahteraan Dan Metode Penelitian Tingkah Laku Unggas. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
  9. Randi, F., M. McDonald, P. Duffy, A. K. Kelly dan P. Lonergen. 2018. The relationship between external auditory canal temperature and onset of estrus and ovulation in beef heifers. J. Theriogenology. 110: 175-181.
  10. Sophian, E., dan F. Afiati. 2016. Peranan bioteknologi dalam peningkatan kualitas ternak. Jurnal BioTrends, 7 (1): 42-47.
  11. Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
  12. Susilawati, T. 2011. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan dengan kualitas dan deposisi semen yang berbeda pada sapi peranakan Ongole. Jurnal Ternak Tropika, 12(2): 15-24.
  13. Widiyono, I., P. P. Putro, Sermin, P. Astuti dan C N. Arin. 2011. Kadar estradiol dan progesteron serum, tampilan vulva dan sitologi apus vagina kambing Bligon selama siklus birahi. J. Veteriner. 12(4) : 263 – 268.

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 > >>