Main Article Content

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pendapatan pedagang ayam kampung di pasar tradisional di Kota Bengkulu, yaitu  Pasar Panorama dan Pasar Minggu. Sebelas respoden pedagang ayam kampung dipilih dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, pengisian kuisioner dan pengamatan langsung;  meliputi karakteristik responden, biaya tetap, biaya tidak tetap, dan penerimaan. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dihitung pendapatan, R/C, dan dilakukan analisis regresi berganda linier untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pedagang ayam kampung tertinggi Rp 4.175.390,- per bulan dan terendah Rp 1.023.917,- per bulan dengan rata-rata  Rp 2.389.626,- per bulan, dengan nilai R/C >1. Dari analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan Y= -705323+10,64X1+17.789,28X2-229,57X3+148,57X4-2,89X5. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,985 atau 98,5%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa biaya pakan, jumlah ayam dibeli, harga beli ayam, harga jual ayam, dan transportasi menentukan pendapatan sebesar 98,5%, dan 1,5% ditentukan oleh faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan uji t diperoleh hasil bahwa jumlah ayam dibeli, harga beli ayam, dan harga jual ayam mempengaruhi pendapatan pedagang ayam, sedangkan biaya pakan dan transportasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ayam kampung di Pasar Tradisional Kota Bengkulu.

Article Details

How to Cite
Sutriyono, S., & Setianto, J. (2019). Pendapatan Pedagang Ayam Kampung Pada Pasar Tradisional Di Kota Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(4), 440–447. https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.4.440-447

References

  1. Aman, Y 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
  2. Anonim. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.
  3. Anonim. 2018. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2018. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian RI.
  4. Cahyono, B. 2011. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
  5. Dewanti, R. dan G. Sihombing. 2012. Analisis pendapatan usaha peternakan ayam buras (Studi Kasus di Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan).Buletin Peternakan Vol. 36(1): 48-56.
  6. Gujarati. D. 1999. Basic Econometric. PT Erlangga. Jakarta.
  7. Krista, B. (2010). Beternak dan Bisnis Ayam Kampung. Agromedia Pustaka. Jakarta:
  8. Nasution A.F., E. Dihansih, dan Anggraeni.2016. Pengaruh substitusi pakan komersil dengan tepung ampas kelapa terhadap sifat fisik dan organoleptik daging ayam kampung. Jurnal Pertanian Vol. 7(1): 14-22.
  9. Pane, F.A. 2006. Komposisi asam amino daging ayam kampung, broiler dan produk olahannya. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  10. Seokartawi,1995.Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.
  11. Soedjana, T.D., H.C. Krispercheer dan Sugiyanto. 1983. The marketing of small ruminant East Java. Proc. Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
  12. Teti, S. 2002. Tinjauan Ternak Usaha Ayam Buras Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.(Skripsi).
  13. Triana, A., T. Salam, dan M. Muis. 2007. Analisis pendapatan usaha peternakan ayam ras petelur periode layer di Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal Agrisistem. 3(1): 11-15.
  14. Widarjono. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia. Fakultas Ekonomi. UII. Yogyakarta.
  15. Yuwanta, T. (2008). Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>